Krisis tersebut, jelas Eisha, akan menambah goncangan dari sisi permintaan dan penawaran energi dan komoditas dunia, sehingga memberi tekanan pada pemulihan ekonomi dunia pasca-pandemi.
Ketika permintaan Rusia dan Ukraina melemah terhadap sejumlah pasokan komoditas dan produk dari China, tambah Eisha, maka secara tidak langsung akan berpengaruh bagi negara-negara yang memiliki hubungan perdagangan dengan China, termasuk Indonesia.
Ketua Koordinator Bidang Kebijakan Publik & Isu Strategis DPP Partai NasDem, Suyoto berpendapat tidak ada seorang pun dapat memperkirakan perang Rusia-Ukraina akan berakhir dengan cepat.
Suyoto menyarankan agar Indonesia bisa berperan dalam mengupayakan perdamaian dalam konflik tersebut.
“Indonesia perlu memainkan peran diplomasi yang soft dengan berupaya merangkul semua pihak untuk membantu mendamaikan pihak yang bertikai,” ujarnya.
Direktur Pemberitaan Harian Sindo, Pung Purwanto memperkirakan invasi Rusia-Ukraina akan berlangsung dalam waktu yang panjang karena Rusia merupakan negara kuat dari sisi pasokan energi dan komoditas, serta persenjataan.
Sehingga, tegas Pung, berbagai dampak krisis yang muncul harus menjadi perhatian bersama, dengan tidak mengedepankan sejumlah isu yang kontraproduktif seperti usul penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.***
Artikel Terkait
Ganjar siap nyapres, Komarudin: Kader senior harus lebih disiplin
Perang Ukraina semakin membara, Ketua MPR RI Bamsoet dorong penghentian perang Rusia - Ukraina secara damai
Perang Ukraina semakin membara, DPR hadir pertemuan Gugus Tugas Rusia-Ukraina IPU, Fadli Zon dukung pertemuan
Risih dituduh Israel bantu pasukan Rusia dengan drone, Iran tangkap member Mossad
Perang Ukraina semakin membara, Menhan Rumania mundur dari jabatan tak ingin dukung perang Ukraina Rusia