JAKARTAINSIDER – Rusia akui cemburu tak di kasi bantuan senjata oleh negara Uni Eropa yang berlomba lomba kirim senjata ke Ukraina.
Sergey Lavrov, sebagai menteri luar negri Rusia akhirnya buka suara mengenai hal ini.
Sergey Lavrov mengungkapkan pada sidang umum PBB di Newyork pekan lalu bahwa perlakuan Uni Eropa pada Ukraina dan Rusia memang berbeda.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut Uni Eropa secara nyata telah terlibat langsung menjadi pihak dalam perang Rusia-Ukraina.
Lavrov juga menyinggung dengan adanya pasokan senjata yang terus berdatangan dan terus di kirim oleh beberapa negara Uni Eropa ke Ukraina.
Tak hanya itu,dalam rapat tersebut Lavrov mengatakan bahwa ada perlakuan tak seimbang oleh Uni Eropa.
Uni Eropa perlakuan Rusia sebagai bukan sahabat, seakan akan Rusia bukan bagian Uni Eropa, ungkap Lavrov di kutip dari laman AlJazeera Senin 26 September 2022.
Terlebih, ungkapnya lagi bahwa adanya latihan militer untuk Ukraina yang di bantu oleh Jerman dan Amerika Serikat.
“ Uni Eropa dan Ukraina seperti ingin memperpanjang konflik ini “ ungkapnya.
“Tujuannya jelas. Uni Eropa ingin menyeret pertempuran sepanjang mungkin, tak memedulikan korban dan kehancuran, demi menurunkan dan melemahkan Rusia,” kata Lavrov dikutip Reuters Minggu 26 September 2022.
Kebijakan itu berarti keterlibatan langsung Barat dalam konflik ini dan membuat mereka menjadi pihak dalam konflik,” lanjut diplomat berusia 72 tahun tersebut.
Lebih lanjut, Lavrov menuduh Barat berupaya menutup-nutupi “kejahatan” yang dilakukan oleh rezim Kiev.
Perang Rusia-Ukraina sendiri memasuki babak baru usai Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial.
Dalam hal ini, Moskow punyai kebijakan baru.
Yakni kirimkan sekitar 300 Pasukan tentara sukarela untuk berperang lawan Ukraina.
Artikel Terkait
Tim Selidik PBB ungkap Rusia telah melanggar aturan Hukum Internasional, di duga lakukan kejahatan perang
Menteri Luar Negeri Belarus menyalahkan NATO, atas perang Ukraina bagian Barat