politika

Waspada! Terlalu banyak konsumsi makanan manis bisa memicu berbagai penyakit pada bayi yang dilahirkan

Senin, 16 Januari 2023 | 14:15 WIB
Kebiasaan konsumsi makanan manis bisa meningkatkan resiko asma pada bayi yang dilahirkan. (Dok. Rilis)

Seolah tak pandang usia, anak-anak, remaja hingga dewasa sangat menggemarinya.

Di kalangan sejumlah pemerhati publik, fenomena ini dinilai mengkhawatirkan.

Pasalnya, edukasi mengenai kandungan zat dalam makanan dan pengaruhnya terhadap tubuh juga masih minim di masyarakat.

Selain itu, pemerintah pun terlihat abai dengan persoalan ini.

Baca Juga: Partai Demokrat rindu Pemilu 2009, pasang target 15 persen di Pemilu 2024

Terkait susu kental manis misalnya. Pemerintah memang telah menerbitkan aturan mengenai label dan penggunaannya.

Namun sosialisasi ketentuan tersebut terlihat minim. Maka tak heran, hingga saat ini masih ditemukan konsumsi kental manis pada balita.

Pengamat Kebijakan Publik, Sofie Wasiat, kurangnya edukasi dan sosialisasi mengakibatkan masih banyak masyarakat Indonesia yang salah persepsi terhadap kental manis.

Baca Juga: Peruntungan shio tikus pada Tahun Baru Imlek 2023, lakukan 5 hal ini biar hoki terus mengalir setiap hari

“Selama puluhan tahun kental manis dipahami memiliki kadar gizi yang tinggi bagi pertumbuhan anak sehingga disetarakan dengan susu sapi pada umumnya,” ujar Sofie.

Pada kenyataannya, konsumsi kental manis saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak, atau bahkan untuk dapat menggantikan ASI.

Ia juga berpendapat jika itu merupakan permasalahan serius yang memang perlu untuk ditangani oleh pemerintah dan didukung oleh seluruh elemen masyarakat.

Baca Juga: Erick Thohir jadi calon Ketua Umum PSSI, ini jejak menterengnya di dunia olahraga

Edukasi kental manis harus juga diintegrasikan dengan edukasi program prioritas stunting, agar mendapatkan dukungan dari banyak pihak dan dapat dilakukan secara masif di setiap daerah oleh berbagai institusi dan lembaga.

“Harapannya adalah masyarakat dapat meningkatkan literasi agar rentan terhadap strategi pemasaran yang menyesatkan persepsi dalam pemenuhan kebutuhan gizi," jelasnya.***

Halaman:

Tags

Terkini