Sementara itu, dari hasil survei Voxpopuli Research Center, 17 hingga 23 Desember 2022, menunjukkan, elektabilitas Golkar dan PKB bersaing ketat memperebutkan posisi tiga besar.
PKB mencatatkan elektabilitas 8,0 persen, menggeser Golkar ke peringkat keempat, disusul Demokrat 5,7 persen, PSI 5,5 persen, dan PKS 4,8 persen.
Posisi teratas masih diduduki PDI Perjuangan dengan elektabilitas 18,4 persen, disusul Gerindra sebesar 13,5 persen. Kedua partai yang sama-sama penyangga koalisi pemerintahan Joko Widodo - Ma'rufAmin itu tetap memimpin sepanjang 2022.
Demikian halnya dengan hasil survei tebaru Indikator, 1-6 Desember 2022. PKB berada di peringkat kelima dengan elektabilitas 7,4 persen pada Desember 2022.
Hasil ini lebih rendah dari Nopember 2022, yang mencapai 8,2 persen. Elektabilitas PKB tertinggi terjadi pada April 2022, sebesar 9,8 persen.
Capaian ini, seperti menggambarkan perolehan suara PKB di Pemilu 2019, yaitu 9,6 persen.
PKB mengalami dua kali masa jaya: pada Pemilu 1999, di mana PKB memperoleh jumlah suara 13.336.982 (12,62 persen) dan di Pemilu 2004, PKB memperoleh jumlah suara 11.989.564 (10,57 persen).
Baca Juga: Ungkap kisah masa lalu sang ayah yang meninggalkannya, Tiko terancam dipolisikan?
Setelah dua pemilu di atas, 2014 dan 2019, perolehan suara PKB stabil di rentang 11-13 juta suara atau sekitar 9 persen.
Bisakah PKB mencapai perolehan 14 juta suara seperti yang dikatakan Wakil Ketua Umum DPP PKB Bidang Pemenangan Pemilu Jazilul Fawaid atau Gus Jazil?
Seperti yang dikatakan Alwi Shihab, mantan Ketum PKB 2002-2005, saat menjadi pembicara pembicara pada acara Ijtima' Ulama Nusantara bertajuk "Ulama Bangkit Bersatu Menjaga Indonesia" di Jakarta, (13/1/23) kalau ada orang NU yang memilih partai selain PKB itu agak aneh, apalagi memusuhi.
Baca Juga: Anies cari pasangan, pengamat bilang Surya Paloh yang pusing
"Salah satu kunci untuk membesarkan PKB adalah bagaimana warga NU bisa kompak dalam satu gerbong politik PKB, ujar Alwi Shihab.