JAKARTA INSIDER - Apa sebenarnya akar konflik perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan terjadinya invasi militer?
Sejak Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan invasi militer terhadap Ukraina pada Jumat (25/2/2022), mengundang kecaman dari berbagai pihak di dunia.
Perang Rusia dan Ukraina menuai kecaman dari para pemimpin dunia, seperti Presiden Joe Biden, Presiden Komisi Eropa, dan PBB. Mereka menyampaikan langkah untuk menindaklanjuti tindakan penyerangan tersebut.
Berbagai sanksi telah diberikan NATO dan Barat kepada Rusia, meski demikian Vladimir Putin tidak gentar dan memilih bangkit.
Dilansir Jakarta Insider dari laman The Guardian pada Selasa (10/1/2023), konflik Rusia dan Ukraina bermula dari tuntutan Presiden Vladimir Putin pada NATO dan Amerika Serikat untuk menurunkan ketegangan di Eropa pada Desember 2021 lalu.
Berikut tiga tuntutan Putin pada negara Barat:
Pertama, Presiden Vladimir Putin menuntut agar negara Barat memberikan Rusia "jaminan hukum" keamanannya.
Kedua, meminta NATO menarikan pasukan atau senjata apapun yang dikerahkan ke negara-negara yang memasuki aliansi setelah 1997, yang mencangkup sebagian besar Eropa Timur, seperti Polandia, negara-negara bekas Uni Soviet di Estonia, Lituania, Latvia, dan negara-negara Balkan.
Ketiga, menuntut agar NATO mengesampingkan ekspansi lebih lanjut, termasuk akses Ukraina ke dalam aliansi, dan tidak mengadakan latihan tanpa persetujuan sebelumnya dari Rusia di Ukraina, Eropa Timur, di negara-negara Kaukasus seperti Georgia atau di Asia Tengah.
Seperti yang diketahui, tuntutan tersebut ditolak oleh Amerika dan NATO, karena Rusia dinilai tidak berhak campur tangan atau mengatur negara-negara berdaulat dan telah merdeka.
Tetapi Presiden Vladimir Putin tidak main-main dengan tuntutannya, ketegangan semakin terjadi di Eropa Timur.