Baca Juga: 10 Legenda hantu yang paling mengerikan di negara Thailand, yuk disimak!
Namun upaya mereka untuk membentuk pemerintahan kemudian terhambat oleh elit politik yang berkuasa di negara ini.
Kedudukan Pheu Thai sebagai partai kedua memungkinkan mereka memimpin upaya untuk membentuk aliansi baru.
Alhasil, parlemen memilih Pheu Thai sebagai kekuatan yang mampu membentuk aliansi dengan partai pro-militer, setelah partai Move Forward terhalang oleh isu perubahan undang-undang defamasi kerajaan.
Kepulangan Thaksin Shinawatra, tokoh kontroversial yang sebelumnya diasingkan dalam kudeta militer tahun 2006, menambah nuansa ketidakpastian dalam dunia politik yang sedang panas ini.
Baca Juga: Timnas sepakbola Indonesia vs Thailand bentrok nanti malam, final SEA Games 2023 di depan mata
Meskipun berada di luar negeri, Thaksin tetap memiliki pengaruh besar dalam politik Thailand.
Namun demikian, masa depan Thailand telah beralih ke tangan Srettha Thavisin, seorang pengusaha sukses dengan latar belakang bisnis yang kuat.
Ia memiliki harapan besar untuk merestrukturisasi ekonomi negara, mempromosikan hak LGBTQ+, serta menjalin hubungan internasional yang lebih erat untuk meningkatkan posisi Thailand di panggung global.
Meskipun dihadapkan pada aliansi yang beragam, termasuk mantan rival militer, tantangan besar menanti Srettha dalam memimpin Thailand ke arah yang lebih maju.***