JAKARTA INSIDER – Dinamika politik di tanah air menuju Pilpres 2024 makin menarik dan menjadi perhatian publik. Apalagi setelah Golkar dan PAN menyatakan dukungannya terhadap Prabowo Subianto.
Namun, setelah dukungan kedua partai tersebut, tentu masyarakat juga ingin tahu siapa yang mendampingi Prabowo Subianto menjadi cawapres?
Tentu ada hitung-hitungan koalisi kubu Prabowo Subianto baik secara politik maupun secara elektabilitas.
Baca Juga: Tak hadiri sidang, ayah David Ozora kirim surat terbuka ke Jaksa Agung, ini isi lengkapnya
Dilansir Jakarta Insider dari Youtube tvOnenews, Selasa (15/8/2023), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang diusung oleh Prabowo Subianto menjadi perhatian publik setelah adanya dukungan dua partai besar Golkar dan PAN.
Prabowo Subianto juga sebelumnya sudah disebut-sebut akan dipasangkan dengan Gibran meski saat ini umur Gibran masih menjadi persoalan dan masih dalam proses yudicial review di MK.
Tidak hanya Gibran, tapi ada juga nama Erick Tohir salah satu nama yang cukup diperhitungkan sebelumnya untuk dipasangkan kepada Menhan ini.
Baca Juga: Tak ada hal meringankan, Jaksa tuntut Mario Dandy 12 tahun penjara dan bayar restitusi Rp 120 miliar
Lalu, bagaimana hitung-hitungan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya untuk menentukan siapa Cawapres Prabowo maju pada Pilpres mendatang setelah bergabungnya dua partai besar di poros.
Menurut pakar politik Adi Prayetno, bila untuk sosok presiden hitung-hitungan menurut kursi dari partai politik yang tergabung dalam koalisi oleh keempat partai, posisi Prabowo untuk presiden memang sangat memungkinkan.
Apalagi setelah didukung oleh Partai Golkar dan PAN, sehingga bila dihitung dari kursi ini adalah yang terbesar di antara ketiga poros politik saat ini. Baik koalisi Anies maupun Ganjar.
"Bila sebagai Capres, melihat dari kursinya Prabowo Subianto adalah yang paling dominan. Namun untuk penentuan cawapres dari setiap calon presiden yang didukung, bisa saja terjadi dan tidak menutup kemungkinan partai pendukung dalam koalisi akan hengkang bila sosok jagoan mereka tidak diperhitungkan dalam posisi calon wakil presiden untuk mendampingi sosok dukungan partainya,” kata Prayetno.