JAKARTA INSIDER - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi potensi El Nino sudah mencapai 50 persen dan dipastikan akan terus meningkat.
Menurut laman resmi BMKG, El Nino merupakan suatu fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. El Nino juga dapat berdampak terhadap cuaca di Indonesia, di mana fenomena tersebut dapat mengurangi curah hujan yang terjadi.
Baca Juga: Prakiraan cuaca Jabodetabek hari ini Selasa 20 Juni 2023, BMKG: Jadobetabek pagi cerah berawan
Selain itu, kondisi tersebut juga bisa memicu kondisi kekeringan di wilayah Indonesia yang tentu akan mengkhawatirkan. Kekeringan atau kemarau panjang bisa menyebabkan masalah, contohnya pada sektor pertanian yang mungkin mengalami gagal panen. Maka dari itu penting mengantisipasi dengan menyusun kebijakan yang mengantisipasi jika fenomena ini terjadi.
Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, mengatakan, saat ini BMKG sudah memprediksi potensi El Nino sudah 50 persen dan sudah meningkat.
Dikatakan kemarau panjang yang disebabkan oleh El Nino dan diprediksi BMKG terjadi hingga akhir tahun harus diantisipasi secara serius.
Baca Juga: Diumumkan siang ini! Link resmi Pengumuman UTBK SNBT 2023, cara cek, dan 37 link mirror-nya
"Indeksnya saat ini sudah 0,9 dan ini pertanda dia akan merambat menuju moderat dari lemah menuju moderat. Artinya apabila tidak diseriusi dalam mengantisipasi, maka kekeringan, kekurangan air hujan itu akan menjadi nyata," kata Guswanto dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk "Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan" Senin (19/6/2023).
Maka dalam rangka mengatasi kekeringan-kekeringan ini, perlu dilakukan sejumlah langkah.
Pertama masyarakat harus diedukasi untuk bisa menghemat air.
Baca Juga: PWNU Jabar haramkan anak mondok di Pompes Al Zaytun, simak 3 alasannya
"Karena hari ini, wilayah-wilayah di Indonesia masih ada yang menerima hujan yang disimpan dalam bentuk waduk atau embung untuk dikelola dengan baik," ucapnya.
Selain itu, Guswanto juga meminta untuk dilakukan antisipasi khusus di wilayah-wilayah yang memiliki lahan gambut, khususnya Sumatera dan Kalimantan. Antisipasi yang dilakukan dapat berupa pembasahan baik dialiri air melalui tanah maupun menggunakan teknologi modifikasi cuaca (TMC).