JAKARTA INSIDER - Bergabungnya Sandiaga Uno ke PPP menjadi perbincangan hangat saat ini.
Belum diumumkannya Cawapres dari berbagai koalisi menjadikan manuver politik Sandiaga Uno menjadi perhatian.
Pasalnya dari hasil survei elektabilitas yang dikeluarkan oleh Indikator Politik Indonesia pada bulan Mei 2024 menunjukan bahwa elektoral Sandiaga Uno memegang point tertinggi sebagai Cawapres dengan hasil 24,5%.
Baca Juga: Parkir di Minimarket Family Mart Depan Senayan City Rp10.000: Tukang Parkir Arogan Hanya Cengengesan
Dengan hasil elektoral yang cukup tinggi tersebut, posisi Sandiaga Uno dapat menjadi kartu As bagi setiap Capres yang akan ikut dalam Pemilu 2024.
Sadar dengan posisi dirinya yang memiliki basis massa yang kuat disinyalir menjadi alasan Sandiaga Uno keluar dari Partai Gerindra.
Dikarenakan seperti yang kita ketahui, Partai Gerindra saat ini tengah mengusung Prabowo sebagai Calon Presiden dalam Pemilu 2024.
Baca Juga: LPSK tetapkan Mario Dandy harus membayar restitusi ke keluarga David Ozora sebesar Rp100 miliar
Dengan posisi sebagai anggota Partai Gerindra, keadaan tersebut tidak menguntungkan bagi Sandiaga Uno, lantaran tidak mungkin dalam satu Partai Politik mengusung Capres dan Cawapresnya sekaligus.
Hal itu disampaikan oleh Analisis Politik Charta Politika, Yunarto Wijaya yang menyebutkan jika Berbicara soal karir politik keberadaan Sandiaga Uno di Partai Gerindra justru akan menyulitkan posisi Sandiaga Uno, lantaran Gerindra berambisi untuk menjadikan Prabowo sebagai Calon Presiden.
“Harus diakui dalam konteks karier politik, kalau Sandi ada di Gerindra selama pak Prabowo masih berambisi untuk menjadi Capres akan sangat sulit Cawapresnya lagi-lagi dari Gerindra,” ujar Yunarto.
Soal kepindahan Sandiaga Uno dari Gerindra ke PPP selalu dikaitkan dengan keinginan Sandiaga Uno untuk menjadi Cawapres dalam pemilu 2024.
Kesempatan Sandiaga Uno untuk menjadi Cawapres dalam Pemilu 2024 semakin besar lantaran manuver politik yang dilakukan nya dengan berpindah dari Gerindra ke PPP.