JAKARTA INSIDER - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menuturkan terkait gempa potensi tsunami di Mentawai, Sumatera Barat.
Dwikorita Karnawati menuturkan mengenai laporan dampak kerusakan, ia menyebut bahwa tentang laporan kerusakan kami berbagi tugas biasanya untuk kerusakan dilakukan oleh badan penawaran bencana daerah dan laporannya, masuk ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sehingga kemungkinan semua informasi, dapat tersedia di sana, khusus BMKG adalah terkait kegempaan dan kenaikan permukaan air laut.
Baca Juga: Gempa potensi tsunami di Mentawai, BMKG: Berdasarkan peta inilah beberapa wilayah yang terdampak
Dalam hal ini, BMKG melakukan monitoring ketinggian air laut dengan mekanismenya adalah sebagai berikut.
" BMKG bekerja sama dengan badan informasi geospasial atau BIC karena BIC yang memiliki seluruh peralatan monitor kenaikan muka air laut yang disebut sebagai tide gauge," tutur Dwikorita Karnawati, dikutip oleh Jakarta Insider dari live YouTube Metro TV, Selasa (25/4/2023).
Kemudian dari tide gauge ini, datanya masuk otomatis langsung ke BMKG, sehingga BMKG bisa memonitor mengikuti perkembangan ketinggian permukaan air laut.
Disampaikan oleh peralatan badan informasi geospasial, saat BMKG mendeteksi ada kenaikan permukaan air laut masih bertahan sampai 11 cm, belum naik lagi.
Kenaikan masih 11 cm, saat ini kenaikkannya masih terus dipantau karena titik-titik ini tersebar di sepanjang pantai Sumatera Barat dan juga Mentawai.
Adapun 5 cm ini tercatat berada di Sumatera, ikan baluan, Sumatera Barat yang mencatat sekitar 11 kilometer.
" Dan saya mendapat laporan ini, evakuasi juga sudah dilakukan di sana ya meskipun, kenaikannya di bala juga ada di tanah sudah 11 cm," tutur Dwikorita Karnawati.
Selain melalui BMKG, masyarakat juga bisa memantau ketinggian air laut melalui link open source, alamat linknya adalah milik badan informasi geospasial tide gauge nanti akan muncul di sana.
Informasi ini dibuka secara terbuka, agar masyarakat mengetahui dengan klik link www.big.go.id.