Ini menjadi pijakan utama dalam menyikapi dinamika pemilu dan peran masing-masing umat.
"Harapannya pasti tadi saya sudah menyampaikan kepada Bapak Prabowo, kami sebagai bagian dari gereja Katolik wilayah kami adalah iman, tidak yang lain-lain. Berdasarkan inspirasi iman itu, mendorong seluruh umat Katolik khususnya dalam fungsi dan peranan yang berbeda-beda, berjuang untuk kebaikan bersama," ungkap Kardinal Suharyo, menegaskan bahwa kebaikan bersama menjadi arahan utama.
Netralitas Gereja Katolik dalam Pemilihan Umum
Menanggapi dinamika politik, Kardinal Suharyo menekankan netralitas Gereja Katolik.
Ia menyampaikan bahwa pimpinan Gereja Katolik tidak boleh berpihak pada salah satu paslon.
Fokus utama adalah mempersatukan umat, sehingga fungsi pemersatu tidak terkikis oleh preferensi politik.
"Jadi didalam gereja Katolik pilihan politik itu bermacam-macam dan kami pimpinan-pimpinan gereja tidak boleh berpihak karena tugas kami mempersatukan. Nanti kalau berpihak lalu fungsi pemersatu itu hilang," jelas Kardinal Suharyo, meneguhkan sikap netralitas Gereja Katolik.
Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Meningkat, Dinas LH Umumkan Kabar Baik pada Jumat Pagi, 26 Januari 2024
Dukungan Gereja untuk Proses Demokrasi yang Berkeadilan
Terakhir, Kardinal Suharyo menegaskan dukungan Gereja Katolik terhadap proses demokrasi yang berkeadilan.
Ia menyatakan bahwa Gereja akan mendukung siapapun yang terpilih melalui proses yang sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku.
"Kami akan mendukung siapapun yang akan terpilih lewat proses yang memang sudah diatur oleh undang-undang," tegas Kardinal Suharyo, mengakhiri pertemuan dengan pesan positif tentang peran Gereja Katolik dalam memastikan demokrasi yang sehat dan berkeadilan.
Baca Juga: Papua Makin Hebat, Gibran dan Prabowo Garis Depan Pembangunan Inklusif dengan Indonesia Sentris!
Dengan pertemuan yang dilakukan antara Capres Prabowo Subianto dan Kardinal Suharyo, terlihat upaya untuk menyatukan visi persatuan dan kerukunan dalam menyikapi Pemilu 2024.