Kronologi Perubahan Kontroversial
Ketika mengulas kronologi Koalisi Perubahan, nampak bahwa meskipun Anies Baswedan telah diusung oleh Partai Nasdem sejak Oktober 2022, namun pada Januari 2023, baik Anies maupun Partai Nasdem belum mampu membentuk koalisi partai yang memenuhi persyaratan Ambang Batas Presiden (Presidential Threshold) sebesar 20 persen.
Kemudian, pada Januari 2023, Anies Baswedan mengajak Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), untuk "menjemput takdir" sebagai pasangan Calon Presiden-Calon Wakil Presiden 2024-2029.
Keputusan ini ditandai dengan inisiasi Anies membawa Partai Nasdem, sementara AHY membawa Partai Demokrat, dan keduanya berkolaborasi dengan PKS.
Kehancuran Kepercayaan dalam Koalisi
Ketika Piagam Koalisi Perubahan untuk Persatuan diresmikan pada Februari 2023, dengan penandatanganan oleh ketua umum dari ketiga partai, termasuk Partai Demokrat, kerja sama ini dikuatkan oleh prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan.
Namun, keadaan mulai berubah ketika Anies Baswedan memilih secara tiba-tiba Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, sebagai calon wakil presidennya tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada Partai Demokrat dan PKS.
Krisis Kepemimpinan dan Keputusan Kontroversial
Situasi semakin rumit ketika Anies Baswedan secara tak langsung menyampaikan keputusan ini kepada pimpinan tertinggi Partai Demokrat melalui perantaraan Sudirman Said.
Ini mengindikasikan sebuah ketidaksetaraan dalam koalisi dan membuat capres Anies semakin terlihat memihak kepada ketua umum Nasdem, Surya Paloh.
Baca Juga: Kabar duka, Rizano Azhar Pohan kakak Anisa Pohan istri AHY meninggal dunia karena penyakit
Penutup: Pengkhianatan dalam Koalisi
Kronologi yang rumit dan perubahan kontroversial dalam koalisi ini telah menunjukkan adanya ketidakpastian dalam politik.
Apa yang seharusnya menjadi semangat perubahan dan kesetaraan, sekarang berubah menjadi pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip yang dipegang oleh Partai Demokrat dan rekan-rekan dalam Koalisi Perubahan.