Ganjar Pranowo menuai ramai dukungan dari partai politik, ini alasan PPP jatuhkan pilihan pada Ganjar

JAKARTA INSIDER - Ganjar Pranowo sekarang menjadi sorotan publik pasca ditunjuk Ketua Umum partai PDI Perjuangan menjadi bakal calon Presiden RI pada Pilpres 2024 mendatang.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga mengambil langkah secara resmi untuk konstelasi politik Pilpres 2024.

PPP menjatuhkan pilihan kepada Ganjar Pranowo untuk menjadi calon presiden (capres) untuk Pilpres 2024.

Pada Rabu 26 April 2023 PPP secara resmi mendeklarasikan kader PDI Perjuangan tersebut untuk berkompetisi pada Pemilihan Presiden mendatang.

Walaupun koalisi dimana tempat PPP bertambat belum menentukan sikap tapi partai PPP sudah secara internal menentukan bakal calon Presiden pada tahun 2024.

Baca Juga: Sempat dikabarkan hilang, begini detik-detik jasad wanita ditemukan membusuk di dasar lift Bandara Kualanamu

Mesti diakui publik bahwa PPP dan PDI Perjuangan selama ini memang mempunyai sejarah panjang berkoalisi baik di Nasional maupun di Daerah.

Sejak Hamzah Haz terpilih sebagai wakil presiden periode 2001-2004 mendampingi Megawati sebagai presiden, maka koalisi keduanya memang cukup solid.

Pada pilpres 2019, PPP juga bergabung dengan PDIP untuk memenangkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Di level Provinsi PPP dan PDIP sukses mengantarkan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah periode 2018-2023 berdampingan dengan Taj Yasin, kader PPP yang juga putra sesepuh PPP KH. Maemun Zubair, sebagai wakil gubernur.

Nampaknya PPP memang memiliki visi untuk melanjutkan dukungan politik kepada Ganjar Pranowo untuk melanjutkan estafet kepemimpinan periode 2024 – 2029.

Baca Juga: Pendaftaran belum berakhir, lowongan kerja PT Adaro Energy Indonesia terbuka untuk fresh graduate, yuk daftar!

Dilansir JAKARTA INSIDER dari laman partai PPP pada Sabtu (29/4/2023) tentang pengusungan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon Presiden RI pada Pilpres 2024 oleh partai PPP.

Lebih dari itu, koalisi PPP-PDIP merepresentasikan realitas politik ideal, yaitu kolaborasi Muslim-Nasionalis. Sejarah panjang kekuasaan di negeri ini sejak Orde Lama hingga Era Reformasi meniscayakan bahwa tidak ada pemerintahan yang akan stabil kecuali diakomodasi oleh dua kekuatan politik besar, yaitu Muslim—khususnya dari kalangan tradisionalis—dan nasionalis.