Peristiwa langka Gerhana Matahari Hibrida terjadi pada 20 april 2023, BRIN: Momen untuk melakukan penelitian

photo author
- Kamis, 20 April 2023 | 11:33 WIB
Gerhana Matahari Hibrida yang terjadi 20 April 2023 ini  merupakan fenomena yang langka.  (brin.go.id)
Gerhana Matahari Hibrida yang terjadi 20 April 2023 ini merupakan fenomena yang langka. (brin.go.id)

JAKARTA INSIDER - Emanuel Sungging Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN menyebut fenomena Gerhana Matahari Hibrida merupakan peristiwa yang cukup langka terjadi.

Peristiwa Gerhana Matahari Hibrida dapat menjadi momen yang baik untuk dilakukan riset antariksa. Ia juga menyampaikan bahwa bukan hanya riset antariksa saja tetapi juga bisa dilakukan riset pada disiplin ilmu lain. 

Menurut Peneliti ahli madya BRIN salah satu bidang riset yang bisa dilakukan dengan adanya Gerhana Matahari Hibrida tahun 2023 ini adalah pada bidang ilmu hayati terkait perilaku makhluk hidup dengan adanya Gerhana ini. 

"Peneliti disiplin ilmu lain dapat melakukan penelitian pengaruh gerhana matahari terhadap perilaku makhluk hidup baik itu hewan atau tumbuhan. Selain itu seperti di bidang ilmu sosial, peneliti di bidang tersebut juga dapat melakukan penelitian etnoastronomis, terkait bagaimana budaya yang timbul di masyarakat terkait adanya gerhana matahari hibrida. Adanya momen ini membawa kesempatan untuk melakukan kolaborasi lintas disiplin," terangnya dalam Gelar Wicara Gerhana Matahari Hibrida 2023 (06/04) yang diselenggarakan oleh Planetarium Jakarta di Taman Ismail Marzuki. 

Baca Juga: Kota-kota toleran vs. intoleran di Indonesia, kota apa yang berada di posisi teratas?

Sedang Sungging dan timnya melakukan riset Gerhana Matahari Hibrida tahun 2023 ini adalah melakukan beberapa hal yakni  riset terkait korona, dampak gerhana pada ionosfer, dan perubahan kecerlangan.

Untuk mengukur korona akan menggunakan indeks flattening Ludendorf agar dapat melihat bentuk dan struktur korona.

Nilai indeks yang dihasilkan akan diturunkan untuk mengidentifikasi aktivitas magnetik dan memprediksi siklus matahari.

Baca Juga: Gerhana Matahari Hibrida terjadi di Indonesia, begini penjelasan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

indeks flattening Ludendorf sendiri merupakan parameter kuantitatif untuk menganalisis bentuk dan struktur korona global.

Indeks ini juga menjadi salah satu indicator parameter medan magnetic Matahari dalam jangka panjang, ujar Sungging lebih lanjut.

"Dengan menggunakan alat sederhana, kami akan mengukur dinamika ionosfer. Mengapa ionosfer menjadi penting, karena sangat berdampak pada akurasi GPS dan juga terkait komunikasi terutama komunikasi maritim yang menggunakan kanal HF (High Frequency). Kami akan melihat pada saat terjadinya gerhana ini ada gangguan atau tidak," lanjutnya.

Gerhana Matahari Hibrida terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana ada daerah yang mengalami Gerhana Matahari Total dan ada pula yang mengalami Gerhana Matahari Cincin (tergantung dari lokasi pengamat). 

Baca Juga: Kemenag mengajak umat Islam untuk gelar shalat Gerhana Matahari (shalat Kusuf) pada 20 April 2023

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Jeki Purwanto

Sumber: brin.go.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X