Penyakit Anthrax Kembali Muncul di Gunungkidul, Pakar UGM Sarankan Hewan Sakit Tidak Boleh Dipotong

photo author
- Sabtu, 16 Maret 2024 | 15:30 WIB
Ilustrasi Penyakit Anthrax. (Freepik)
Ilustrasi Penyakit Anthrax. (Freepik)

JAKARTA INSIDER - Baru-baru ini penyakit anthrax kembali muncul di Kabupaten Gunungkidul, atau lebih tepatnya di Kapanewon Gedangsari dimana satu orang warga ditengarai suspek penyakit anthrax.

Akibatnya, kasus ini menjadikan beberapa daerah Gunungkidul kerap menjadi sumber penularan penyakit zoonosis ini.

Untuk diketahui, pada tahun 2019 di Kapanewon Karangmojo dan Ponjong ditemukan 12 orang positif dan satu orang meninggal.

Baca Juga: Bakamla RI Temukan Jenazah Warga Negara Taiwan Ngambang di Perairan Jakarta

Selanjutnya tahun 2021, di Desa Hargomulyo, Gedangsari, terdapat 7 orang positif tertular anthrax.

Selanjutnya tahun 2022, ada 13 orang positif anthrax di Ponjong. Sedangkan tahun 2023 lalu, di Dusun Jati, Desa Candirejo, Semanu ditemukan 87 orang positif, 18 bergejala dan satu orang meninggal.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM bidang Mikrobiologi Prof. Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni mengatakan munculnya kembali kasus anthrax ini disebabkan oleh spora dari Bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau dari lingkungan ternak.

Baca Juga: Masjid Tjia Kang Ho Potret Akulturasi Budaya Tionghoa, Islam dan Betawi

Sebab spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks ini sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun.

“Di tubuh hewan saat hidup, spora ini belum terbentuk. Namun saat disembelih dan bakteri yang ada dalam darah itu keluar lalu berinteraksi dengan udara akan membentuk spora,” kata Prof. Aeth Wahyuni, demikian ia akrab disapa, Minggu (10/3).

Adapun spora bisa terbentuk jika bakteri Bacillus anthracis terpapar oksigen karenanya spora tidak pernah dijumpai dalam tubuh penderita atau dalam bangkai yang tidak diseksi atau dibuka.

Baca Juga: Pelanggar kendaraan roda dua dominasi penindakan Operasi Keselamatan Jaya 2024

Namun demikian, penyakit anthrax ini menurut Aeth, tidak hanya menjangkit hewan ternak lainnya namun juga menular ke manusia.

Ia menyarankan agar hewan yang terserang anthrax maupun lokasi yang menjadi sumber anthrax harus diisolasi dengan tidak boleh ada satu pun lalu lintas ternak yang keluar masuk lokasi.

“Tidak boleh juga sembarang orang keluar masuk di wilayah tersebut dan hanya petugas yang sudah ditetapkan,” ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: St Shofia Munawaroh LI

Sumber: ugm.ac.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X