JAKARTA INSIDER – Sebanyak 116 mahasiswa kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) tertipu investasi bodong sehingga terjerat pijaman online (pinjol) dengan total kerugian mencapai Rp2,3 miliar.
Ada lima platform aplikasi pinjaman online yang digunakan para mahasiswa IPB itu untuk melakukan pinjaman, sesuai arahan Siti Aisyah Nasution (SAN) pemilik toko online yang kini sudah ditetapkan sebagai tersangka penipuan oleh Polres Bogor.
Satu di antara lima platform kredit digital pinjol yang digunakan mahasiswa IPB itu adalah Kredivo.
Baca Juga: Gali lubang tutup lubang, SAN menipu ratusan Mahasiswa IPB untuk bayar utang pinjol
Ikut terseret dalam kasus yang melibatkan ratusan mahasiswa IPB ini, Kredivo sebagai penyedia layanan pinjol yang resmi dan terdaftar Otoritas Jasa Keuangan (OJK), buka suara.
VP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari menyampaikan, saat ini pihak Kredivo sedang menginvestigasi kasus tersebut lebih lanjut dan sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk OJK.
Indiana mengatakan, berdasarkan investigasi awal Kredivo menemukan indikasi kegiatan penipuan terencana terhadap para mahasiswa IPB.
Saat ini, Kredivo telah menyiapkan berbagai langkah dan bekerja sama dengan pihak terkait untuk menyelesaikan masalah ini.
"Sebagai perusahaan pembiayaan yang sudah berizin dan diawasi OJK, kami bertanggung jawab dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua pihak terkait dalam penyelesaian hal ini," kata Indina dalam pernyataan resminya.
Indina menegaskan, Kredivo menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit agar konsumen dapat lebih bijak dalam memanfaatkan akses pinjaman sesuai dengan kemampuan finansialnya masing-masing. Ini dilakukan sejak awal perusahaan ini berdiri.
Baca Juga: Inilah sosok SAN, yang menyebabkan ratusan mahasiswa IPB tertipu dan terlilit pinjol
Di samping berkomitmen untuk tetap dapat memfasilitasi kebutuhan konsumen Indonesia secara aman, terjangkau, dan fleksibel, Kredivo juga secara konsisten turut mengedukasi masyarakat, khususnya generasi muda mengenai literasi keuangan dan literasi digital agar mewujudkan sektor keuangan digital yang lebih kondusif dan tumbuh berkelanjutan.
Diketahui, terjeratnya para mahasiswa IPB ini berawal dari tawaran keuntungan 10 persen oleh pelaku dengan melakukan suatu proyek bersama.