Densus 88, satuan anti-terorisme Indonesia, dianggap sebagai mitra yang dapat membantu dalam pencegahan, evaluasi, dan penangkapan terhadap individu atau kelompok yang terlibat dalam aksi radikalisme di BUMN.
Presiden Joko Widodo juga menjadi sorotan Bahrawi, karena menurutnya, pihak presiden memiliki tekad yang kuat dalam membersihkan ancaman radikalisme sejak tahun 2014.
Bahrawi menggarisbawahi dampak merusaknya terorisme, dengan hanya satu tindakan teror dapat mengancam stabilitas ekonomi suatu negara secara mendalam.
Islah Bahrawi mengingatkan bahwa jika radikalisme ini dibiarkan menyebar dan dianaktirikan, potensi bahaya bagi lembaga penting seperti badan usaha penerbangan, kereta api, distribusi BBM, listrik, telekomunikasi, dan lembaga keuangan sangatlah nyata.
Baca Juga: Pergolakan Negara Islam Indonesia yang diduga memiliki kaitan dengan Ponpes Al Zaytun
Bahrawi mengakhiri unggahannya dengan mengingatkan bahwa persoalan "radikal radikul" ini tidak boleh dianggap sepele dan harus mendapat perhatian serius.***