“Jamu yang hendak diberikan pada anak juga wajib terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga kualitasnya lebih terjamin,” katanya.
Nantinya, dokter bisa memeriksa bahan-bahan di dalam jamu yang aman dan berbahaya bagi kondisi anak. Pasalnya, sebagian besar jamu diracik menggunakan lebih dari satu bahan.
Beberapa bahan tertentu dinilai berbahaya bagi anak usia di atas 6 bulan. Misalnya, jamu dengan kandungan jahe dinilai bisa menimbulkan nyeri ulu hati. Hal ini terjadi ketika herba tersebut diberikan dalam jumlah besar pada anak usia di bawah 6 tahun.
Bahan lainnya yang perlu diwaspadai adalah kunyit. Kunyit tidak dianjurkan untuk anak usia di bawah 12 tahun.
Sebuah penelitian dalam jurnal Cureus, menemukan bahwa kunyit dapat mencegah penyerapan zat besi di usus.
Anak pun berisiko mengalami anemia defisiensi besi, terlebih jika si kecil susah makan.
Jadi, sudah terjawab, ya. Jamu tidak boleh diberikan untuk bayi usia di bawah 6 bulan. Adapun untuk bayi di atas 6 bulan, pemberian jamu sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.
Dengan begitu, dokter bisa menilai tingkat keamanan jamu untuk bayi. Pemberian jamu untuk anak di bawah usia satu tahun sendiri masih menuai pro dan kontra.
Beberapa dokter beranggapan, jamu sebaiknya tidak diberikan pada anak di bawah satu tahun. Pasalnya, minuman herba ini dianggap berisiko menimbulkan masalah pernapasan, intoleransi, keracunan, dan infeksi.
“Karena itu, hindari meracik jamu sembarangan sekalipun menggunakan bahan-bahan yang kelihatannya aman. Konsultasikan kepada dokter anak terlebih dahulu agar terhindar dari efek samping yang merugikan,” pungkas dr. Nitish.***