Ali Haji Fisabilillah merupakan keturunan keluarga kerajaan Riau dan juga keturunan dari prajurit Bugis yang datang ke daerah tersebut pada abad ke-18.
Baca Juga: Jelang KTT G20, Polri berkomitmen jaga pengamanan melalui Command Center dilengkapi Face Recognition
Raji Ali Haji dibesarkan dan banyak menjalani masa hidupnya serta menerima pendidikan di Pulau Penyengat, Kesultanan Lingga, yang pada masa kini merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.
Raja Ali Haji bepergian bersama dengan rombongan ayahnya ke Betawi dan mendapat pendidikan dari luar lingkungan kesultanan pada 1822.
Bersama ayahnya Raja Ahmad, dia pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama Islam pada 1828.
Baca Juga: Angin duduk, apakah berbahaya?
Karya Raja Ali
Menciptakan sebuah buku yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga, yang menjadi kamus ekabahasa Melayu pertama di Nusantara.
Karyanya yang paling tersohor adalah Gurindam Dua Belas. ditulis pada 1847, ketika ia berusia 38 tahun di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau.
Gurindam Dua Belas terdiri atas 12 pasal dan termasuk dalam kategori puisi didaktik, berisi nasihat dan petunjuk untuk hidup mulia, lalu diterbitkan oleh Belanda pada 1953.
Baca Juga: Mulai merangkak naik, cek update harga emas hari ini Sabtu 5 November 2022 dari Antam hingga UBS
Karya lainnya, pada tahun 1857: Bustan al-Kathibin, tahun 1850-an: Kitab Pengetahuan Bahasa (Tidak selesai), tahun 1857: Intizam Waza'if al-Malik, kemudian tahun 1857: Thamarat al-Mahammah
Raja Ali Haji juga menulis beberapa syair seperti Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk.***