JAKARTA INSIDER – Di tengah meningkatnya jumlah kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak di Indonesia, Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menghimbau masyarakat untuk tidak gegabah.
Masyarakat juga dihimbau untuk berkonsultasi langsung kepada ahli kesehatan atau dokter jika melihat adanya gejala gangguan ginjal akut progresif atipikal yang ada pada pada anak.
Jangan gegabah dan sembarang memberikan obat jika gejala gagal ginjal muncul tanpa adanya resep dokter.
Beberapa gejala gagal ginjal yang biasanya dirasakan oleh anak adalah demam, gangguan pencernaan seperti diare dan muntah. Ada juga gangguan pernapasan seperti batuk dan pilek.
“Waspada perlu tapi kalau anak sakit enggak usah cemas berlebihan, tapi upayakan sesegera mungkin membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan,” ungkapnya dikutip JAKARTA INSIDER dari laman dpr.go.id (24/10/2022).
Menurutnya masyarakat perlu diberikan edukasi lebih terkait cara mengatasi beberapa gejala gagal ginjal akut seperti batuk dan demam pada anak yang sering dialami tanpa harus memberinya obat cair atau sirup.
Baca Juga: Obat gagal ginjal akut, Pakar Farmakologi UGM sebut Fomepizole kurang tepat
Pasalnya, saat ini yang menjadi masalah adalah kebiasaan masyarakat dan dokter atau tenaga medis yang sering memberikan sirup kepada anak yang menderita demam, batuk dan pilek.
Anggota DPR dari fraksi PDIP tersebut juga menghimbau untuk memberikan informasi mengenai beberapa jenis obat yang biasa digunakan sebagai alternatif seperti kapsul, tablet, racikan, injeksi hingga suppositoria yang dimasukkan lewat anus.
Lebih lanjut ia menyebut bahwa sebelumnya obat batuk dan penurun panas yang berbentuk cair dan sirup anak saat ini bisa dengan mudah didapatkan tanpa adanya resep dari dokter atau tenaga kesehatan.
Baca Juga: Misteri gagal ginjal akut belum terungkap, mulailah rawat ginjal anda
Maka hal ini harus dapat menjadi perhatian lebih dan tidak bisa dianggap sepele.
“Selama ini kan obat sirup atau cair digunakan para orang tua mana kala anaknya sakit. Apalagi, obat cair itu diperjualbelikan secara bebas. Nah, ini harus jadi perhatian, bagaimana solusinya menurunkan panas pada anak tanpa obat cair. Masyarakat harus diedukasi tentang hal ini,” ujarnya.