Ditambah para selebritis juga yang kerap membuat konten tentang kehidupan rumah tangga mereka.
Tentu bagi yang rumah tangganya belum sempurna dan jauh dari konten-konten yang ditonton akan melakukan perbandingan dengan apa yang ia tonton.
“Akan ada perbandingan mengenai rumah tangga dirinya sama rumah tangga orang lain seperti apa,” kata Ajeng Raviando, psikolog.
“Misalnya nih ada pasangan yang sepertinya sangat harmonis, yang ideal yang kayaknya pasangan itu saling support,” lanjut Ajeng Raviando, psikolog.
“Sehingga ketika hal tersebut tidak terjadi dengan diri seseorang dia akan merasa itu menjadi sesuatu hal yang kurang,” ujar Ajeng Raviando, psikolog.
“Dan itu terkait sama pasangannya toh gitu ya,” tutur Ajeng Raviando, psikolog.
“Sehingga pada akhirnya akan muncul keinginan atau ekspektasi-ekspektasi,” ucap Ajeng Raviando, psikolog.
Ajeng Raviando, psikolog menyebut banyaknya perbandingan atau membandingkan dengan rumah tangga menimbulkan ekspektasi tinggi.
Ekspektasi tinggi dari melihat contoh orang lain itu akan terkait dengan pernikahan orang tersebut.
Menurut Ajeng Raviando, psikolog, hal diatas tadi itu salah satu contoh mengapa orang mempunyai pemikiran untuk memutuskan bercerai/ adanya perceraian.
Ribuan kasus gugat cerai telah terdapat disejumlah wilayah di Indonesia, hal itu sungguh tentu sangat memprihatinkan.***