"Hebat ya dirimu klo ngarang cerita, aku dibilang cuma kasih 15 jt/bulan, client biasa atau bahkan main gratis. Ini rekening khusus buat tf ke kamu aja loh. Kamu sendiri yg setuju di rate 25 buat ngekeep. Celakanya lagi kamu bohongin, nusuk aku dan open diem2. Apr-des 22 kulampirin." ujar Gerry sembari melampirkan foto buku tabungan bank swasta.
Sang sugar baby memberitahukan ke teman-temannya uang yang diterima hanya sedikit, padahal sang sugar daddy sudah memberikan banyak.
Baca Juga: Bule tanpa busana ganggu pertunjukan tarian adat di Bali, hingga dobrak pintu pura
"Pernah aku ngasih kamu sebulan <25? Kog bisa ada issue di luaran kalo aku cuma ngasih 15/bulan atau bahkan gratisan? Rate 25 buat keep2an itu kamu sendiri loh yg bikin dan aku cuma ngikut doang. Sekarang aku ngerti kenapa kamu ga suka pas aku iseng posting pengeluaranku ke kamu waktu january 2023 lalu, karena kamu koar2 aku cuma ngasih 15/bulan atau bahkan gratisan ????????????." lanjut Gerry.
Dalam kasus seperti ini, penting bagi kedua belah pihak untuk mengomunikasikan harapan, keinginan, dan batasan mereka secara jelas sejak awal.
Tidak hanya itu, penghormatan dan kepercayaan juga harus menjadi dasar dalam menjalin hubungan ini.
Baca Juga: Anies Baswedan kunjungi Pondok Pesantren Nurul Huda Sragen, hingga diajak naik motor trail
Akhir kata, fenomena sugar baby di Indonesia memiliki realitas yang kompleks dan tidak selalu memancarkan kilauan kehidupan mewah seperti yang seringkali dipaparkan.
Ketidaksesuaian persepsi, masalah komunikasi, dan perbedaan ekspektasi menjadi tantangan yang harus diatasi oleh pasangan ini.
Oleh karena itu, penting bagi para pelaku sugar baby dan sugar daddy untuk mengenali pentingnya komunikasi yang baik dan saling menghormati dalam menjaga keberlanjutan hubungan mereka.***