“Namun dalam kasus ini, langkah pertama untuk mengaktifkan respons perbaikan DNA bukanlah dengan mengaktifkan gen tertentu yang menghasilkan protein tertentu.” tutur Dr Yin Zhai.
Dr Christophe Herman, profesor genetika molekuler dan manusia, virologi molekuler dan mikrobiologi dan anggota DLDCCCC menyebutkan bahwa ppGpp berikatan dengan RNA polimerase yang terikat DNA, memerintahkannya untuk berhenti dan mundur sepanjang DNA untuk memperbaikinya.
Laboratorium Herman telah menemukan koneksi perbaikan-RNA-polimerase sebelumnya, dilaporkan di Nature.
Laboratorium Rosenberg sudah menemukan bahwa perbaikan DNA bisa menjadi proses yang rawan kesalahan.
Saat perbaikan untaian DNA yang rusak berlangsung, terjadi kesalahan yang mengubah urutan DNA asli yang menghasilkan mutasi.
Beberapa mutasi ini akan memberikan resistensi bakteri terhadap Ciprofloxacin atau cipro.
“Menariknya, mutasi juga menginduksi resistensi terhadap dua obat antibiotik lain yang belum pernah dilihat bakteri sebelumnya,” kata Dr Yin Zhai
"Kami sangat senang dengan temuan ini," kata Rosenberg.
Baca Juga: Unggah foto zaman muda, Armand Maulana dan Dewi Gita tuai reaksi netizen: Menolak tua…
“Mereka membuka peluang baru untuk merancang strategi yang akan mengganggu perkembangan resistensi antibiotik dan membantu membalikkan gelombang ancaman kesehatan global ini,” ujar Dr Yin Zhai.
Selain itu, cipro memecah DNA bakteri dengan cara yang sama seperti obat antikanker etoposide memecah DNA manusia dalam tumor.
Dr Yin Zhai berharap ini juga dapat mengarah pada alat baru untuk memerangi resistensi kemoterapi kanker.
Baca Juga: Ratna Listy sebut ahli ibadah sekalipun bisa terkena gangguan gaib karena hal ini