JAKARTA INSIDER - Dalam beberapa dekade terakhir, tren perempuan menunda kehamilan semakin meningkat di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Dikutip dari laman resmi www.rri.co.id Salah satu faktor utama menunda kehamilan adalah karier dan pendidikan.
Banyak perempuan yang memilih untuk fokus menyelesaikan pendidikan tinggi atau membangun karier profesional sebelum memulai keluarga.
Mereka ingin memastikan kestabilan finansial dan posisi yang mapan sebelum mengambil tanggung jawab sebagai orang tua.
Baca Juga: Pelaku pembunuhan pria dalam karung berhasil ditangkap
Selain itu, kesadaran tentang pentingnya kemandirian ekonomi juga mendorong perempuan untuk menunda kehamilan.
Faktor kesehatan juga memainkan peran penting. Perempuan kini lebih sadar tentang pentingnya kondisi fisik yang optimal sebelum hamil.
Konsultasi medis sebelum kehamilan menjadi semakin umum, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu mungkin disarankan untuk menunda kehamilan hingga situasi lebih aman bagi ibu dan bayi.
Baca Juga: Keluarga ajukan jaminan untuk penangguhan penahanan Kades Kohod
Tekanan sosial dan perubahan gaya hidup turut mempengaruhi keputusan ini. Banyak perempuan yang ingin menikmati masa muda mereka dengan traveling, mengejar hobi, atau membangun jaringan sosial sebelum memasuki fase kehidupan sebagai orang tua.
Di sisi lain, faktor ekonomi seperti tingginya biaya hidup, perumahan, pendidikan anak, dan kesehatan juga menjadi pertimbangan besar.
Kemajuan dalam teknologi reproduksi, seperti program bayi tabung (IVF) dan pembekuan sel telur (egg freezing), memberikan alternatif bagi perempuan yang ingin menunda kehamilan tanpa harus kehilangan peluang memiliki anak di kemudian hari.
Baca Juga: Polda DIY ungkap kasus penyalahgunaan LPG bersubsidi, 3 tersangka ditangkap
Tidak ketinggalan, faktor hubungan personal juga berpengaruh. Beberapa perempuan mungkin menunda kehamilan karena belum menemukan pasangan yang tepat, atau ingin membangun hubungan yang lebih stabil sebelum menghadirkan anak ke dalam keluarga.