gaya-hidup

Pesan Soeharto terbukti, cinta negeri salah satunya dengan mencintai produk dalam negeri

Kamis, 21 September 2023 | 11:00 WIB
Salah satu hal yang harus ditanamkan adalah mencintai produk dalam negeri untuk pembangunan yang berkelanjutan (banggabuatanindonesia.co.id)

Baca Juga: HighScope Indonesia: Pendidikan konstruktif untuk kembangkan potensi anak

Pada tahun 2021, impor pakaian jadi dari China mencapai 57.110 ton, sedangkan impor pakaian bekas hanya delapan ton atau 0,01 persen dari impor pakaian jadi dari China.

Dengan pertanyaan yang muncul, siapakah yang sebenarnya dibela oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah? Apakah industri pakaian jadi di China atau UMKM Indonesia?

Sebuah laporan dari Balai Diklat Industri Yogyakarta mengungkap bahwa bangsa Indonesia sepertinya terlanjur menjadi "pemuja" produk-produk luar negeri. Kita cenderung lebih bangga menggunakan produk orang lain daripada produk dalam negeri sendiri.

Salah satu contoh adalah lagu "Anak Singkong" dari mendiang Gombloh, di mana salah satu liriknya mengatakan, "sepatumu dari Italy… Kau bilang demi gengsi, semua serba luar negeri…". Lagu ini secara tidak sengaja menanamkan pemahaman bahwa produk sepatu Italy lebih berkualitas dibandingkan produk sepatu dalam negeri.

Baca Juga: NationalHigh Jakarta School (NHJS): Membentuk masa depan melalui pendidikan unggulan

Selain itu, di film dan sinetron kita sering ditemui percakapan yang mengunggulkan produk luar negeri, seperti ungkapan "bikinan mana dulu dong, Jerman gitu loh…". Hal ini mempengaruhi banyak orang Indonesia untuk lebih membanggakan produk luar negeri, tanpa mereka sadari.

Sikap pemerintah yang terkesan acuh terhadap masalah ini semakin memperparah situasi. Seharusnya pemerintah berperan aktif dalam mempromosikan produk dalam negeri dan menanamkan rasa cinta terhadap produk-produk tersebut.

Sebagai contoh, Korea dan Jepang mencintai produk-produk negeri mereka sendiri. Mereka percaya bahwa uang yang mereka bayarkan akan kembali kepada bangsa dan negara mereka. Hal ini membuat mereka tetap setia pada produk-produk dalam negeri mereka, meskipun kualitasnya awalnya kurang baik.

Ketika mereka terus membeli produk dalam negeri, perusahaan-perusahaan lokal memiliki kesempatan untuk meningkatkan kualitas produk mereka, sehingga bisa bersaing dengan produk-produk dari negara maju.

Baca Juga: IPEKA Integrated Christian School: Menyongsong masa depan berkualitas dengan nilai-nilai Kristen

Orang Jepang bahkan memiliki falsafah bahwa membeli produk dalam negeri adalah cara untuk membantu negara mereka menjadi bangsa yang besar. Mereka sangat anti terhadap produk impor dan selalu mencari produk-produk yang "Made in Japan".

Dengan meningkatnya pembelian produk dalam negeri, perusahaan-perusahaan akan tumbuh dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Ini akan mengurangi angka pengangguran dan memperkuat perekonomian karena masyarakat memiliki daya beli yang tinggi.

Selain itu, uang akan berputar lebih banyak di dalam negeri, menjadikan pasar Indonesia lebih menarik bagi investor. Indonesia, dengan populasi hampir 250 juta orang, memiliki potensi pasar yang besar.

Untuk mencapai status negara maju, kita perlu mulai dari diri sendiri. Tanamkan cinta terhadap produk-produk asli Indonesia dan dukung industri dalam negeri. Banggakan produk dalam negeri kita, karena negara maju adalah negara yang mandiri dan mampu memproduksi semua kebutuhan dalam negeri.

Halaman:

Tags

Terkini

5 rekomendasi tempat liburan yang ada di kota Bandung

Minggu, 21 Desember 2025 | 23:50 WIB