“Produk-produk berbahan dasar plastik jika terkena panas atau dicuci berulang kali bisa memicu luruhnya zat kimia berbahaya yang akan mencemari makanan atau minuman anak-anak kita,” kata dr. Daulika Yusna, SpA yang juga dikenal sebagai Dokter Spesialis Anak Neonatologist, yang menjadi salah satu narasumber dalam webinar tersebut.
Baca Juga: Bharada E telah BEBAS, jalani program Cuti Bersyarat sejak 4 Agustus
Sebagaimana diketahui, BPA adalah senyawa kimia yang digunakan dalam produksi plastik polikarbonat. Senyawa ini berfungsi sebagai pengeras plastik yang membuat kemasan makanan dan minuman menjadi lebih tahan lama dan dapat digunakan berulang kali. Namun, dibalik manfaatnya itu, BPA menjadi masalah serius karena kemampuannya meniru hormon estrogen dalam tubuh.
Dunia kesehatan menyebut BPA berbahaya karena kemampuannya sebagai "endocrine disruptor" atau zat yang mengganggu sistem endokrin. Zat ini dapat merusak keseimbangan hormon dalam tubuh, termasuk hormon reproduksi. Karena itulah, dampaknya dapat mengancam kesuburan pria dan wanita.
Sejauh ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan hasil temuan lapangan, mengenai terlampauinya ambang batas BPA yang berisiko pada manusia pada kemasan galon berbahan polikarbonat, di berbagai kota di Indonesia. Studi di Korea Selatan juga telah membuktikan adanya korelasi kuat antara tingginya paparan BPA dengan peningkatan kasus Infertilitas pada manusia.
Baca Juga: Melihat kandungan gizi ikan KEMBUNG yang ternyata lebih bagus daripada SALMON
Sebuah telaah hasil riset yang diterbitkan di The American Journal of Biochemistry and Biotechnology pada 2021 menunjukkan bahwa BPA mengurangi produksi testosteron selama tahap perkembangan tubuh laki-laki, menyebabkan penyakit prostat, mempengaruhi kualitas sperma, dan mengganggu sumsum tulang belakang hipotalamus-hipofisis-testis (hypothalamic-pituitary-testicular axis).
Sementara menyangkut efek buruknya pada wanita, dalam publikasi yang sama, BPA telah dilaporkan terkait dengan Infertilitas, dan memiliki efek negatif pada berbagai aspek sistem reproduksi wanita.
Dengan pertimbangan besar dan meluasnya bahaya paparan BPA, masyarakat sebagai konsumen agaknya harus terus didorong agar mengambil tindakan proaktif, guna melindungi kesehatan reproduksi dan generasi mendatang.
Baca Juga: 7 Rekomendasi obat alami untuk atasi keracunan makanan, Jahe hingga Delima
Berikut beberapa cara yang disarankan untuk mengurangi paparan bahaya BPA:
- Hindari penggunaan plastik polikarbonat yang mengandung BPA. Gantilah dengan produk dari stainless steel atau kaca yang lebih aman.
- Hindari memanaskan atau merebus wadah plastik yang mengandung BPA. Zat berbahaya ini mudah terlepas jika plastik terpapar panas.
- Gunakan produk yang memiliki label "BPA-Free" atau bebas BPA, seperti botol minum dan botol bayi.
- Kurangi atau bahkan hindari penggunaan produk kemasan galon plastik air minum secara berulang, karena risiko migrasi BPA akan meningkat dengan penggunaan yang berulang, terkena paparan sinar matahari, dan pemanasan selama proses pencucian.
- Patuhi aturan dan regulasi pemerintah terkait penggunaan BPA pada produk tertentu. Beberapa negara telah mengeluarkan larangan terhadap penggunaan BPA dan mengklasifikasikannya sebagai zat berbahaya.
Itulah lima tips bijak untung mengurangi paparan BPA yang bisa kita dilakukan agar terhindar dari dampak buruk yang menakutkan bagi kesuburan dan dapat menimbulkan gangguan seksual pada pria dan wanita.***
Artikel Terkait
Waduh! 70 persen sumber air minum Indonesia tercemar limbah tinja
Pakar UGM sebut fakta mengejutkan, satu dari empat rumah tangga mengonsumsi air minum yang tercemar tinja
Ternyata bahaya minum langsung dari botol plastik kemasan, begini penjelasan peneliti!
Kaum Adam harap waspada, hasil penelitian terbaru sebut BPA berpotensi picu kanker prostat!
BPKN dan YLKI soroti isu penjualan galon bekas pakai, perlu aturan jelas dan tegas