JAKARTA INSIDER - Di balik kemasan plastik yang praktis, tersimpan rahasia gelap yang mengancam sistem reproduksi manusia.
Bisphenol A (BPA), zat yang kerap digunakan dalam pembuatan kemasan plastik makanan dan minuman, sejak lama menjadi sorotan dunia kesehatan karena dampak buruknya yang menakutkan bagi kesuburan dan dapat menimbulkan gangguan seksual pada pria dan wanita.
Gangguan seksualitas yang timbul akibat penggunaan plastik mengandung BPA bisa bermacam-macam bentuknya, mulai dari infertilitas (mandul), tergerusnya jumlah dan kualitas sperma, terganggunya libido, hingga kesulitan mengalami ejakulasi.
Baca Juga: Menuju karir di pemerintahan, inilah jadwal lengkap penerimaan PPPK 2023
Kemasan plastik mengandung BPA juga ditengarai bisa mengganggu pertumbuhan embrio, janin, terjadinya feminisasi pada laki-laki, atau masa kanak-kanak yang sehat, karena kemampuannya masuk ke dalam plasenta dan air susu ibu (ASI).
"Para peneliti dan pakar internasional mengingatkan bahwa risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan BPA cukup banyak. Sehingga perlu keseriusan mengatasinya," kata pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU), Dr. Ir. Evi Mutia M. Kes. dalam sarasehan ‘Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat Melalui Regulasi Pelabelan Bisfenol A (BPA) pada AMDK’ yang digelar USU bersama Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Medan, di Medan.
Evi Mutia mengatakan, dampak negatif BPA bisa mengganggu sistem reproduksi pada pria maupun wanita, mempengaruhi fertilitas dan berisiko terhadap kanker prostat pada pria. Hingga membuat penurunan libido, sulit ejakulasi, diabetes, gangguan ginjal, kanker payudara hingga memicu perkembangan kesehatan mental Autism Spectrum Disorder.
"Begitu bahayanya BPA, sehingga sudah seharusnya mendapat perhatian besar dari semua pihak, khususnya produsen AMDK yang harusnya punya kesadaran dan tanggungjawab kepada konsumen," katanya.
Ditegaskannya, BPOM harus membuat regulasi mengatasi ancaman bahaya BPA ini, mulai dari kewajiban mencantumkan informasi pada kemasan, sampai pada pengawasan yang ketat di post market.
Menanggapi itu, Kepala Ombudsman Sumut Abadi Siregar mengatakan bahwa tugas BPOM bukan hanya membuka atau memberi informasi, tetapi juga harus mengawasi produk AMDK.
Baca Juga: Bocoran spesifikasi Ponsel Murah Samsung Galaxy A05 yang ramah di kantong segera rilis
“Pasalnya, produsen harusnya punya tanggungjawab mengendalikan, untuk menekan seluruh potensi risiko yang ada produk yang mereka pasarkan," katanya.
Dalam sebuah Webinar bertajuk “Dari Rumah Mengenal BPA pada Kemasan Makanan” di Jakarta, para praktisi kesehatan juga mengingatkan masyarakat, agar lebih peduli pada kesehatan keluarga, dimulai dari pemilihan kemasan makanan dan minuman secara bijak dan selektif.
Artikel Terkait
Waduh! 70 persen sumber air minum Indonesia tercemar limbah tinja
Pakar UGM sebut fakta mengejutkan, satu dari empat rumah tangga mengonsumsi air minum yang tercemar tinja
Ternyata bahaya minum langsung dari botol plastik kemasan, begini penjelasan peneliti!
Kaum Adam harap waspada, hasil penelitian terbaru sebut BPA berpotensi picu kanker prostat!
BPKN dan YLKI soroti isu penjualan galon bekas pakai, perlu aturan jelas dan tegas