Mengenal fenomena ‘brain drain’ yang patut diwaspadai pemerintah Indonesia

photo author
- Jumat, 14 Juli 2023 | 14:30 WIB
Ilustrasi. Ribuan WNI terdidik pindah menjadi warga negara Singapura, fenomena brain drain sedang melanda Indonesia?
Ilustrasi. Ribuan WNI terdidik pindah menjadi warga negara Singapura, fenomena brain drain sedang melanda Indonesia?

JAKARTA INSIDER - Dirjen Imigrasi Silmy Karim mengatakan fenomena kepindahan sejumlah WNI ke Singapura dengan jumlah yang cukup banyak, patut menjadi alarm akan kemungkinan pelarian modal manusia atau ‘brain drain’ di Indonesia.

Apa itu brain drain? 

Istilah brain drain merujuk pada perpindahan orang-orang pintar dan terdidik ke luar negeri sehingga negara asalnya kehilangan “otak” yang terampil.

Secara sederhana brain drain atau human capital flight merupakan hengkangnya kaum intelektual, ilmuwan, cendikiawan dari negerinya sendiri dan menetap di luar negeri. Alasan yang melatarbelakanginya juga bisa beragam. Ada alasan politis, ekonomi, sosial budaya, dan juga pilihan hidup.

Baca Juga: Dua orang ini buka-bukaan alasan lepas WNI dan pindah jadi warga negara Singapura

Selain pertimbangan minimnya peluang dan keterbatasan berkarya di negara asal. Jadi brain drain dalam kadar tertentu, bisa merugikan negara asal, karena ada potensi aset SDM terbaiknya yang hilang. Sebaliknya, hal tersebut menguntungkan bagi negara baru yang dipilih, karena negara yang dipilih ujug ujug mendapat durian runtuh berupa SDM terbaik.

Duta besar Indonesia di Singapura, Suryopratomo, mengatakan angka 1.000 WNI per tahun sebenarnya terbilang sedikit dibandingkan jumlah WNI di Singapura yang sekitar 250.000 — termasuk 5.000 mahasiswa dan 160.000 pekerja domestik.

Dia memperkirakan angka 1.000 WNI per tahun itu juga mencakup para pengusaha dan warga lanjut usia (lansia) yang memutuskan untuk tinggal di Singapura setelah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Nikita Mirzani ternyata sudah unfollow akun Fitri Salhuteru: Ah semua kan gua unfollow…

Menurut dia, banyak WNI lansia terutama merasa lebih nyaman tinggal di Singapura karena sistem kesehatan dan lingkungan yang lebih baik.

“Banyak orang yang pertama waktu Covid itu memutuskan untuk menjadi warga negara Singapura karena mereka lebih merasa lebih akan lebih aman hidupnya kalau nanti terjadi pandemi lain,” kata Suryopratomo melansir BBC News Indonesia, Jumat (14/7/2023).

Bagaimanapun, Suryopratomo tidak memungkiri bahwa brain drain tampaknya benar-benar terjadi. Untuk mencegah itu, imbuhnya, Indonesia perlu menawarkan kehidupan yang lebih menyenangkan, lebih nyaman, lebih menantang, serta lebih banyak ruang untuk maju.

“Kita tahu bahwa ternyata memang brain drain itu terjadi. Nah pertanyaannya adalah kita menyalahkan siapa? Menyalahkan orang dianggap tidak punya nasionalisme? Karena orang bukan cuma sekedar butuh uang, tapi dia butuh aktualisasi diri sebagai manusia dan itu kalau dia punya pekerjaan,” ujarnya.

Baca Juga: Cara Singapura 'merekrut' warga asing terdidik jadi warga negara, salah satunya lewat beasiswa

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: berita.upi.edu

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X