Info penting! Kata pakar, minum air putih seliter lebih sehari bisa cegah Diabetes Tipe 2

JAKARTA INSIDER – Air putih, selain dapat menghidrasi tubuh, ternyata dapat membantu mencegah seseorang terkena Diabetes Tipe 2.

Diabetes Tipe 2 (penyakit gula tipe 2) atau diabetes melitus adalah penyakit jangka panjang yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.

Penyakit Diabetes Tipe 2 merupakan kondisi umum yang menyebabkan kadar gula (glukosa) dalam darah menjadi terlalu tinggi. Jika tidak mendapatkan pananganan yang tepat, penyakit ini dapat meningkatkan risiko gangguan serius pada jantung, mata, dan saraf dalam tubuh.

Baca Juga: Pernah jadi korban penipuan Rp11 miliar dan ganggu mental, ini rencana Jessica Iskandar ke depan di Jakarta

Menurut para pakar, jika seseorang meminum air putih lebih dari satu liter dalam sehari, maka akan merasakan manfaat baik untuk mencegah penyakit Diabetes Tipe 2 menghinggapi tubuh.

“Minum lebih banyak air putih merupakan cara terbaik untuk membantu ginjal menurunkan kadar gula darah dan mencegah dehidrasi,” ungkap Dokter Deborah Lee dari Dr Fox Online Pharmacy seperti dilansir dari laman Express, Selasa (5/7/2023).

Lee menjelaskan, kadar gula yang tinggi di dalam darah dapat membuat ginjal bekerja lebih keras untuk membuang kelebihan gula darah atau glukosa.

Baca Juga: Lima manfaat makan ceker ayam bagi kesehatan, tak hanya cegah osteoporosis, tapi juga mengencangkan kulit!

Kondisi ini dapat membuat penderitanya berkemih lebih sering dan merasa lebih haus dari biasanya.

“Individu dengan kadar glukosa darah yang tinggi cenderung lebih mungkin mengalami dehidrasi, itu bisa semakin meningkatkan konsentrasi glukosa di aliran darah,” terangnya.

Dengan menambah asupan air putih, lanjut Lee, bisa membawa manfaat bagi pengelolaan kadar gula darah. Selain itu, konsumsi air putih yang cukup setiap hari juga bisa membantu menurunkan risiko terjadinya diabetes tipe 2.

Baca Juga: Hore! Indonesia punya stok 5 juta vaksin COVID meski sudah endemi

Pernyataan ini didasarkan pada sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Diabetes Care pada 2011. Studi ini melibatkan 3.614 pria dan wanita berusia paruh baya sebagai partisipan.

Seluruh partisipan memiliki kadar gula darah yang sehat di awal studi. Para peneliti lalu memantau kadar gula darah para partisipan selama sembilan tahun.