Menurut Dedy, jumlah UMKM di Indonesia sekitar 64 juta yang berkontribusi sekitar 60 persen ke PDB Indonesia.
Selama pandemi COVID-19, banyak UMKM yang mengalami keterpurukan, namun dengan cepat beralih dan menyesuaikan diri ke dunia digital.
Sebelum pandemi COVID-19, UMKM yang sudah "digitaly onboard" berjumlah sembilan juta.
Baca Juga: Resolusi Tahun Baru 2023: 5 tips menemukan passion dalam karir dengan tepat
Jumlah itu terus meningkat setelah pandemi atau menjadi 19 juta UMKM.
“Angka pertumbuhan yang cukup besar itu, menunjukkan UMKM kita sebagian sudah bisa memanfaatkan potensi trasformasi digital untuk bertahan di tengah pandemi,"katanya.
Meski demikian, kata Dedy, Indonesia masih perlu terus berjuang karena masih banyak UMKM yang belum "digitaly onboard".
Baca Juga: Wamendag klarifikasi pencatutan nama dan rekaman Suara di YouTube terkait Pi Network
Jika melihat angka 19 juta dari total UMKM 64 juta, maka baru 29 persen UMKM yang "digitaly onboard".
Secara konkrit, Indonesia perlu menggarap sekitar 71 persen UMKM lainnya untuk bisa memanfaatkan peluang-peluang di ruang digital.
Untuk itu, Indonesia perlu mendiskusikan dan mencarikan solusi di forum G20 guna meningkatkan angka digitalisasi dunia UMKM.
"Tugasnya adalah bagaimana mendorong UMKM untuk bertahan, bahkan bisa scaling up, memperluas usaha dari sisi kualitas dan kuantitas," katanya.
Setelah melakukan "scale up", maka dia bisa melakukan aksi "go international".