JAKARTA INSIDER – Inggris dan Belanda tak separah Argentina, Negara ini capai pencapaian utang dalam jumbo dan jumlah besar yakni ribuan triliun.
Tak hanya punyai utang jumbo, kegiatan aktivitas ekspor dan impor di pasar internasional Argentina juga semakin anjlok.
Hal ini menyebabkan kerugian besar dan kesulitan ekonomi terparah sepanjang sejarah Argentina.
Baca Juga: Rupiah tak kuat melawan dolar Amerika, melemah sejak April
Argentina tengah porak poranda ekonominya ini memiliki total utang setara lebih dari Rp515 ribu triliun bila di rupiahkan dengan kurs Rp15.290 per dolar Amerika Serikat.
Rincian utangnya tersebar dalam beberapa denominasi, dengan mayoritas dalam mata uang dolar Amerika Seriktar sebesar US$29,4 triliun atau setara 60,9% dari total utang. Data dari Refinitiv juga menunjukkan utang dalam mata uang lokal sebesar ARS13,3 triliun (27,56%) dan EUR4,3 triliun (8,93%). Ketiga denominasi itu mencakup 97,39% dari total utang Argentina.
Jumlah utang jumbo Argentina itu membuat rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) mereka mencapai 80.5% pada 2021. Pada tahun yang sama, rasio utang Indonesia hanya 35% terhadap PDB.
Kinerja ekspor negara penghasil gandum ini terus menerus jeblok, sehingga tak bisa mengimbangi kebutuhannya akan dolar AS yang tinggi, baik untuk membayar utang maupun impor kebutuhan dalam negeri.
Data Institut Nasional Statistik dan Sensus Argentina (Instituto Nacional de Estadística y Censos/INDEC) menunjukkan neraca dagang defisit US$300 juta pada Agustus. Ini masih terbilang membaik, dari defisit US$437 juta pada bulan Juli lalu.
Ekspor mereka tertekan secara tahunan hingga 6.9% pada Agustus, sementara nilai impor justru mengingkat 36.2%. Terutama akibat ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar dan pelumas.
Biaya hidup di ibukota Buenos Aires, untuk kelas menengah dengan dengan empat anggota keluarga, bila di rupiah kan berkisar Rp23 juta, sementara untuk single sekitar Rp6 juta. Semuanya di luar anggaran sewa rumah.
Harga susu satu liter di Argentina sekitar Rp12 ribu, beras Rp15 ribu/1 kg dan telur Rp21 ribu/ 1 kg. Sebagai pembanding, pendapatan per kapita Argentina mencapai US$10,729 pada 2021, nyaris tiga kali lipat dari pada Indonesia di tahun yang sama.
Salah urus perekonomian Argentina memang seperti laten, terus berulang. Infasi menjadi momok sejak tahun 1980.
Pada 2020, pandemi COVID-19 dan kemudian perang Rusia-Ukraina yang meledak pada awal tahun ini membuat inflasi di Argentina tak terkendali, dan oleh bank sentralnya diperdiksi tembus 100% akhir tahun ini.
Saat ini, empat dari 10 orang di warga Argentina hidup di bawah garis kemiskinan.