Rupiah makin gagah, Dolar Australia merosot selama 2 tahun terakhir

photo author
- Selasa, 11 Oktober 2022 | 16:12 WIB
Dollar Australia  (Pinterest )
Dollar Australia (Pinterest )

JAKARTA INSIDER – Resesi nyata terjadi di negeri kanguru, Australia.

Rupiah malah semakin gagah sedangkan dolar Australia kini kiat merosot selama dua tahun terakhir.

Dolar Australia masih terus merosot melawan rupiah meski bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) terus menaikkan suku bunga.

Baca Juga: Simak tips mudah untuk memulai investasi saham secara syariah yuk

Dolar Australia berada di kisaran Rp 10,025/AU$, merosot 0,7% di pasar spot.

Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sesuai prediksi mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 2,35%.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:22 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 9.686/AU$, melemah 0,26% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak Juni 2020 lalu.

 Dalam 5 hari perdagangan, dolar Australia sudah merosot hingga 2,8%.

Namun, kenaikan tersebut terbilang mengejutkan, sebab RBA menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2,6%, lebih rendah dari ekspektasi pelaku pasar sebesar 50 basis poin menjadi 2,85%.

“Kenaikan sebesar 25 basis poin akan membantu mencapai keseimbangan demand dan supply yang berkelanjutan dalam perekonomian,” kata RBA dalam pernyataannya usai menaikkan suku bunga.

RBA kini sudah 6 bulan beruntun menaikkan suku bunganya guna meredam inflasi, dan juga memproyeksikan akan terus menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

Meski demikian, kenaikan suku bunga yang lebih rendah dari prediksi pasar langsung memberikan pukulan telak ke dolar Australia.

Rupiah yang sebenarnya sedang tertekan mampu terus menguat.

Gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan ke depannya suku bunga akan terus dinaikkan.

“Anggota dewan gubernur memperkirakan dalam beberapa bulan ke depan suku bunga akan kembali dinaikkan. Besar dan waktu kenaikan akan tergantung dari rilis data ekonomi, dan penilaian anggota dewan terhadap outlook inflasi dan pasar tenaga kerja,” kata Lowe.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayatul Nissa Rahmadani

Sumber: Sydney Morning Herald

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X