ekbis

Era Donald Trump Dollar semakin perkasa dan Rupiah terperosok, mengingat kembali BJ Habibie yang berhasil menguatkan Rupiah usai masa Krisis Moneter

Selasa, 4 Februari 2025 | 11:05 WIB
Era Donald Trump Dollar semakin perkasa dan Rupiah terperosok, mengingat kembali BJ Habibie yang berhasil menguatkan Rupiah usai masa Krisis Moneter

JAKARTA INSIDER - Memasuki tahun 2025, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar 98 poin atau sekitar 0,60 persen, turun ke level Rp16.403 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi sebelumnya di Rp16.304 per dolar AS.

Menurut data Bloomberg pada pukul 09.11 WIB di pasar spot exchange, rupiah semakin tertekan hingga turun 137 poin (0,84%) ke level Rp16.441 per dolar AS.

Pada perdagangan terakhir hari Jumat 31 Januari 2025, rupiah juga ditutup melemah 48 poin di level Rp16.304 per dolar AS.

Baca Juga: Pemimpin Hezbollah: Pemakaman mendiang Hassan Nasrallah akan digelar secara terbuka tanggal 23 Februari 2025

Sementara itu, indeks dolar AS menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 1,33 poin (1,23%) hingga mencapai 109,7.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 4 basis poin ke level 4,52%.

BJ Habibie dan Strateginya dalam Menguatkan Rupiah

Baca Juga: Mendiang Hassan Nasrallah mantan Pemimpin Hezbollah akan dimakamkan tanggal 23 Februari 2025

Sebelum menghadapi pelemahan seperti saat ini, Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang parah pada tahun 1998.

Kala itu, BJ Habibie, yang menggantikan Soeharto sebagai presiden, berhasil menguatkan kembali rupiah meskipun menghadapi tantangan besar.

Saat itu, nilai tukar rupiah sempat anjlok hingga Rp16.800 per dolar AS, situasi yang diperparah oleh ketidakstabilan politik.

Baca Juga: Usai ingin mencaplok Greenland, Donald Trump tantang PM Justin Trudeau, sebut Kanada lebih baik gabung menjadi Negara bagian AS

Krisis tersebut berujung pada runtuhnya pemerintahan Soeharto setelah 32 tahun berkuasa. Namun, kepercayaan pasar terhadap kepemimpinan penggantinya.

BJ Habibie, masih rendah. Banyak pihak, termasuk Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew, meragukan kemampuannya dalam menangani krisis ekonomi.

Halaman:

Tags

Terkini