“Motif ini mengajari kita soal perjuangan mengusir penjajah. Dulu Sultan Luku mencontohkan bisa mengusir penjajah tanpa pertumpahan darah. Hadi kami mencontoh dia berjuang dengan diplomasi,” terang perempuan yang masih keturunan Kesultanan Tidore ini.
Terakhir adalah motif Tobaru. Diambil dari motif kain tua yang datanya Anita terima dari seorang teman yang merupakan dosen sejarah di Universitas Khairun (Unkhair) Tidore, berupa foto lama soal Tobaru. Di dalam foto tersebut ternyata ada motif Tobaru.
Baca Juga: Diskusi Media: Catatan penting terkait strategi meningkatkan kapasitas SDM Badan Adhoc
Motif ini terinspirasi dari cerita tradisional di Halmahera bernama Tobaru yang mengisahkan hubungan antara masyarakat Tidore dengan wilayah lain.
“Di dalam motif memang kelihatan ada seperti rantai. Bercerita tentang motif Tobaru serupa dengan KTT G20. Bagaimana keterikatan satu sama lain karena orang itu kan tidak bisa hidup sendiri, harus saling bantu,” imbuhnya.
Harga kain tenun Tidore ini berkisar Rp500 ribu hingga Rp2 juta. Rata-rata untuk satu kain tenun butuh pengerjaan selama dua bulan.
“Khusus untuk acara KTT G20 saya mendapat pesanan 30 lembar kain tenun dari Kementerian Keuangan dengan total harga Rp19 juta. Sementara untuk omset bulanan sebesar Rp40-45,” tutur Anita.***
Artikel Terkait
Kamaruddin Simanjutak minta Sambo, PC, RR , KM tes darah, tes rambut, halusinasi terus bak lagi fly di sidang
Orang sakit maag apakah boleh minum air jeruk nipis? Yuk ikuti resep dr Zaidul Akbar
Uni Emirat Arab dan Selandia Baru puji kepemimpinan Presiden Jokowi yang sukses menggelar Presidensi G20 2022
Batik tiga dan kain tenun dijadikan cinderamata KTT G20 Bali, begini keunikannya
Diskusi Media: Catatan penting terkait strategi meningkatkan kapasitas SDM Badan Adhoc