JAKARTA INSIDER – Pemerintah Kota Bogor memutuskan menutup program wisata Glow Kebun Raya Bogor karena menuai polemik.
Penutupan ini berdasarkan kesepakatan antara pengelola Kebun Raya Bogor (KRB) PT Mitra Natura Raya (MNR) bersama Pemerintah Kota Bogor dan budayawan serta elemen masyarakat lainnya.
Sesungguhnya, seperti apa wisata Glow Kebun Raya Bogor yang menuai kontroversi ini? Berikut lima fakta uniknya.
Baca Juga: Jalan panjang Wisata Glow Kebun Raya Bogor yang akhirnya ditutup Bima Arya. Karena menuai polemik
Program wisata Glow atau pengenalan tanaman melalui atraksi cahaya ini ditawarkan pengelola Kebun Raya Bogor. Kegiatan yang rencananya dilakukan pada malam hari tersebut, dianggap berpotensi mengganggu kelangsungan hidup sejumlah biota malam yang ada di area konservasi.
Menanggapi kabar ini, Kepala Konservasi Mitra Kebun Raya Bogor Junaedi menjelaskan, program Glow hanya dilangsungkan di area tumbuhan yang memerlukan cahaya di malam hari, bukan di seluruh wilayah.
"Untuk deskripsi pohon pun kita bekerja sama dengan peneliti sebetulnya, jadi kita tidak asal menulis, peneliti kan lebih mengetahui," jelas Junaedi, melansir Antara Kamis (7/10).
Baca Juga: Inilah 8 ciri air tercemar. Nomor 6 sangat mudah dikenali
Tidak dibuka setiap hari
Junaedi mengatakan, program wisata Glow tidak dilangsungkan setiap hari, tapi hanya di akhir pekan saja.
Pelaksanaannya pun tidak di semua tempat, tapi hanya di lima rute, yakni dari pintu masuk ke Taman Pandan, Meksiko, Taman Akuatik, Lorong waktu di Wilayah Kenari II, dan Taman Astrid.
Baca Juga: Inilah 8 ciri air tercemar. Nomor 6 sangat mudah dikenali
Mengenalkan tanaman melalui cahaya
Nantinya, pengunjung bisa melihat tanaman yang disinari cahaya, dan akan ditampilkan nama sesuai jenisnya. Untuk menyaksikan penjelasan detail, bisa diakses secara digital menggunakan QR barcode. Penamaan pohon secara digital itu disebut sebagai KTP pohon.