JAKARTA INSIDER - Trowulan, sebuah kecamatan yang menyimpan banyak misteri dan keajaiban di Kabupaten Mojokerto, terungkap sebagai situs penting dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit.
Wilayah yang luasnya hampir tiga kali lipat Kota Yogyakarta ini menjadi kawasan cagar budaya yang melambangkan kebesaran Majapahit pada abad ke-13 hingga 15 Masehi.
Tidak hanya mengungkap sejarah politik dan ekonomi, Trowulan juga mencerminkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sosial masyarakat Majapahit.
Sejarah penelitian arkeologi di Trowulan dimulai pada tahun 1815 oleh Kapten Johannes Willem Bartholomeus Wardenaar atas perintah Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur-Letnan Hindia Belanda.
Penelitian Wardenaar berhasil menarik minat ahli arkeologi lainnya untuk menyelidiki Trowulan, seperti W.R. van Hovell, J.F.G. Brumund, Jonathan Rigg, dan banyak lagi.
Pelestarian situs Trowulan dimulai pada tahun 1924 oleh arsitek Belanda Henri Maclaine Pont dan Raden Adipati Arya Kromodjojo Adinegoro IV dengan pembentukan Oudheidkundige Vereeneging Madjapahit (OVM).
Baca Juga: Nyaleg tanpa mahar, kisah perjuangan nyata perempuan Indonesia di panggung kotor politik
Setelah kemerdekaan, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur mengambil alih penelitian dan pengelolaan Trowulan.
Sejak tahun 1975, Puslit Arkenas telah melakukan riset yang mendalam di Trowulan dan mengungkap berbagai bukti penting sejarah Majapahit, seperti reruntuhan bangunan suci, pemukiman, dan artefak.
Temuan keramik asing, peralatan terakota, koin kuno, serta benda logam lainnya mengungkap kemajuan ekonomi dan interaksi silang-budaya di masa Majapahit.
Baca Juga: Duta Sheila on 7 buka-bukaan di depan Ustadz Salim Fillah, ternyata keturunan Kyai Mojo
Trowulan juga terkenal dengan makam-makam yang misterius.
Makam Troloyo, dengan nisan beraksara Arab dan hiasan 'Surya Majapahit' sebagai lambang kerajaan, menunjukkan pengaruh Islam dalam sejarah Nusantara.