Baca Juga: Sejarah Tarot: Dari Permainan Kartu Hingga Alat Ramalan
Pada tanggal 4 Oktober, mayat-mayat tersebut ditemukan setelah operasi pencarian yang dipimpin oleh Soeharto sendiri.
Menyikapi kejadian ini, rezim Orde Baru kemudian membangun sebuah monumen besar yang dikenal sebagai "Monumen Suci Pancasila."
Monumen ini menggambarkan tujuh jenderal yang menjadi korban tragedi ini dan juga berfungsi sebagai tempat untuk mengenang dan menghormati mereka.
Selain monumen tersebut, terdapat juga Museum Pengkhianatan PKI yang dibangun pada tahun 1990.
Baca Juga: Misteri Leak Bali, antara budaya leluhur dan ilmu mistis yang menyimpan rahasia
Museum ini menampilkan 34 diorama yang menggambarkan tindakan yang diduga dilakukan oleh PKI.
Di dekatnya, terdapat pula "Museum Suci Pancasila" yang berisi sembilan diorama lain yang menggambarkan peristiwa sebelum dan sesudah upaya kudeta.
Di dalam museum ini, pengunjung dapat melihat peninggalan sejarah seperti aqualung yang digunakan selama pengambilan mayat dari sumur, teater, dan pameran foto yang mengungkap fakta-fakta terkait peristiwa tersebut.
Sumur tempat mayat-mayat dibuang sekarang dilindungi oleh sebuah paviliun dengan plakat kecil yang menyatakan, "Tidak mungkin cita-cita perjuangan kita menegakkan kemurnian Pancasila dikalahkan hanya dengan mengubur kita di sumur ini. Lubang Buaya 1 Oktober 1965".
Di sekitar area ini, terdapat beberapa bangunan lain yang memiliki nilai sejarah, termasuk salah satu tempat diduga terjadinya penyiksaan terhadap para jenderal yang diculik.
Selain itu, terdapat pula empat kendaraan yang menjadi saksi bisu dari tragedi tersebut.
Mobil dinas Jenderal Ahmad Yani, jip yang digunakan oleh Suharto saat itu, truk yang digunakan para penculik, dan mobil lapis baja Saracen yang digunakan untuk mengangkut mayat-mayat tersebut setelah ditemukan.
Kisah mengerikan di balik Lubang Buaya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia.