wisata-budaya

Kisah mengerikan di balik Lubang Buaya, tragedi pembunuhan tujuh perwira tentara

Rabu, 24 Mei 2023 | 22:00 WIB
(Wikimedia Chris Woodrich )

JAKARTA INSIDER - Lubang Buaya, sebuah nama yang tak luput dari cerita mengerikan yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965.

Terletak di pinggiran Jakarta Timur, tempat ini menjadi saksi bisu dari tragedi pembunuhan tujuh perwira tentara Indonesia selama upaya kudeta Gerakan 30 September.

Lubang Buaya, yang secara harfiah berarti "lubang buaya," menjadi tempat tersembunyi di antara rawa-rawa dekat Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma.

Namun, siapa sangka bahwa di balik namanya yang tampak biasa, terdapat kisah yang mengguncangkan negara ini.

Baca Juga: Bukan kota Kuntilanak, inilah sejarah tentang Kota Pontianak, ibu kota Kalimatan Barat!

Kisah mengerikan ini dimulai pada tanggal 31 Mei 1965, ketika Presiden Soekarno mengumumkan rencana pembentukan "angkatan kelima" yang terdiri dari buruh dan tani.

Namun, hal ini tidak disambut baik oleh Komandan Angkatan Darat Ahmad Yani.

Namun, pelatihan untuk angkatan kelima tersebut tetap dilaksanakan di daerah rawa yang dikenal dengan nama Lubang Buaya.

Di bawah komando Mayor Sujono, komandan pertahanan darat pangkalan Halim, pelatihan ini melibatkan anggota kelompok pemuda yang terafiliasi dengan PKI, Pemuda Rakyat.

Baca Juga: Rahasia dan fakta terkait air Zam Zam, air suci bagi umat Islam yang banyak diminum setiap harinya

Pada awal 1 Oktober 1965, Gerakan 30 September meninggalkan markas mereka di Lubang Buaya dengan tujuan menculik tujuh jenderal, yang semuanya merupakan anggota Staf Umum Angkatan Darat.

Namun, misi ini berakhir tragis.

Mereka membawa pulang mayat tiga jenderal yang terbunuh dalam upaya penculikan, serta empat tahanan yang masih hidup.

Para penyintas kemudian dihabisi, dan tujuh mayat itu dibuang ke dalam sumur bekas.

Halaman:

Tags

Terkini