Jika negara dan masyarakat luas mau mengakui peran strategis perempuan adat Baduy, maka politik sumber daya alam tidak hanya akan berorientasi pada keuntungan, tetapi juga pada keberlanjutan hidup.
Sebab bagi perempuan Baduy, menjaga tanah dan hutan bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan ibadah budaya sebuah cara untuk memastikan kehidupan tetap seimbang antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Pergeseran makna ‘Perempuan Adat’ di Baduy menunjukkan bahwa politik identitas bukanlah konsep statis. Ia bergerak sesuai ancaman dan kebutuhan. Hari ini, mereka bukan hanya penjaga rumah tangga, tetapi juga penjaga geopolitik suku mereka.
Mendukung advokasi sumber daya alam Baduy berarti mengakui bahwa perjuangan gender dan perjuangan ekologi adalah dua sisi mata uang yang sama keduanya menuntut pengakuan hak atas kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan, baik bagi perempuan maupun bagi alam tempat mereka bernaung. ***