Jika negara dan masyarakat luas mau mengakui peran strategis perempuan adat Baduy, maka politik sumber daya alam tidak hanya akan berorientasi pada keuntungan, tetapi juga pada keberlanjutan hidup.
Sebab bagi perempuan Baduy, menjaga tanah dan hutan bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan ibadah budaya sebuah cara untuk memastikan kehidupan tetap seimbang antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Pergeseran makna ‘Perempuan Adat’ di Baduy menunjukkan bahwa politik identitas bukanlah konsep statis. Ia bergerak sesuai ancaman dan kebutuhan. Hari ini, mereka bukan hanya penjaga rumah tangga, tetapi juga penjaga geopolitik suku mereka.
Mendukung advokasi sumber daya alam Baduy berarti mengakui bahwa perjuangan gender dan perjuangan ekologi adalah dua sisi mata uang yang sama keduanya menuntut pengakuan hak atas kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan, baik bagi perempuan maupun bagi alam tempat mereka bernaung. ***
Artikel Terkait
Lebih dekat dengan masyarakat Suku Baduy, keturunan Batara Cikal penjaga harmoni dunia
10 Keunikan Menakjubkan Suku Suku di Pegunungan Kaukasus, Mulai Dari Bahasa yang Sulit, Hingga Budaya Perang
3 Museum di Kota Tua Jakarta yang Wajib Dikunjungi untuk Pecinta Sejarah dan Budaya
5 Tradisi Hari Jumat di Kesultanan Utsmaniyah yang Sarat Nilai Islam dan Budaya
Destinasi Kota Terindah di Dunia dengan Budaya dan Panorama Luar Biasa