Baca Juga: Sistem Coretax masih belum sempurna, Menkeu Sri Mulyani: Kepada wajib pajak, saya mengucapkan maaf
Berdasarkan sensus 2020, sekitar 28 persen pria berusia 50 tahun dan 17,8 persen wanita pada usia yang sama tidak pernah menikah.
Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 1990, di mana hanya 5,6 persen pria dan 4,3 persen wanita yang tidak pernah menikah.
Upaya Pemerintah untuk Meningkatkan Angka Kelahiran
Guna mengatasi krisis populasi, pemerintah Jepang telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendorong kaum muda menikah dan memiliki anak.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengembangan aplikasi kencan, yang dinilai efektif membantu individu bertemu pasangan.
Sebuah survei menunjukkan bahwa 1 dari 4 pasangan di bawah usia 40 tahun yang menikah dalam satu tahun terakhir bertemu melalui aplikasi tersebut.
Selain itu, Pemerintah Metropolitan Tokyo juga merilis aplikasi kencannya sendiri untuk mempermudah warga menemukan pasangan.
Langkah lain yang diambil meliputi pemberian informasi tentang keseimbangan kehidupan kerja, dukungan pengasuhan anak, bantuan perumahan, serta konseling karier.
Tidak hanya itu, pemerintah juga mendorong keterlibatan pria dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak.
Namun, para ahli tetap memperkirakan penurunan populasi Jepang akan berlangsung selama beberapa dekade mendatang.
Menurut The Independent, 8 Januari 2025, meskipun tingkat kesuburan segera meningkat, populasi Jepang tetap akan menyusut hingga ketidakseimbangan antara generasi muda dan tua stabil.
Fenomena Resesi Seks di Jepang
Masalah lain yang turut memengaruhi rendahnya angka kelahiran adalah fenomena "resesi seks."
Survei pada 2024 menunjukkan bahwa sekitar 60 persen pasangan menikah di Jepang tidak melakukan hubungan seksual secara rutin.