JAKARTA INSIDER - Mengunjungi pameran lukisan bisa menjadi sebuah aternatif hiburan yang murah dan mudah untuk dilakukan.
Hanya saja kebanyakan pameran lukisan yang berlangsung, biasanya para pelukisnya adalah dari kalangan orang dewasa dan umumnya untuk orang dewasa juga.
Namun, ada pameran lukisan anak dan difabel di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang digelar sejak tanggal 24 Juni hingga 3 Juli 2023, mengusung tema yang berbeda.
Baca Juga: Rendy Kjaernett sudah minta maaf pada publik dan mengaku selingkuh, mengapa Jeje tetap cuek?
Para peserta pameran adalah anak-anak dan penyandang disabilitas. Karya-karya yang ditampilkan pun bisa dinikmati oleh semua kalangan, baik itu anak-anak, remaja, para difabel hingga orang dewasa.
“Jelajah Mimpi Anak Indonesia” diangkat menjadi tema dari pameran dengan berangkat dari pemahaman bahwa anak-anak dan remaja yang berada di usia awal, memiliki dunia yang penuh dengan banyak harapan juga mimpi-mimpi indah.
Namun, meskipun begitu banyak juga karya peserta lain yang terinspirasi dari menangkap momen-momen indah atau hal menarik yang dijumpai sehari-hari.
Baca Juga: 6 Kondisi manusia di Padang Mahsyar yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits, yuk simak di sini!
Keanekaragaman karya yang menarik nan unik khas dunia anak-anak dan difabel tersebut, pastinya tidak hanya indah dan menarik untuk diapresiasi dan dipandang mata, tetapi juga memiliki pesan-pesan bagi pengunjung pameran.
Pameran Lukis Anak dan Difabel yang diikuti oleh 80 peserta dari berbagai penjuru nusantara ini, selain menjadi perayaan awal dari hari anak nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli, diharapkan pula akan menjadi sebuah ruang apresiasi sekaligus wadah yang tepat sebagai booster mentalitas kreatif anak-anak dan teman-teman difabel.
Pameran Lukis Anak & Difabel Nasional, diprakasai oleh Creative Wave Indonesia yang disingkat CreaWave atau CWI, yaitu sebuah institusi yang dibangun berawal dari kesamaan visi dan misi dari empat orang pendirinya.
Di antaranya Widyanto Gunawan, Galih Winilih, Corry Harisyahatullaely dan Lesh Dewika tentang pentingnya sebuah wadah yang dapat memfasilitasi kegiatan kesenian, literasi dan pengembangan diri baik itu secara umum maupun dalam konteks menghadapi kebutuhan-kebutuhan khusus.
Selanjutnya, personil CWI menjadi lima orang dengan bergabungnya Amaris.