Menyelami fenomena Kabur Aja Dulu, Dr. Faisal soroti pola pikir Gen Z dan pentingnya literasi untuk masa depan Indonesia

photo author
- Minggu, 23 Februari 2025 | 14:51 WIB
Potret peneliti perilaku generasi muda Tanah Air di biro riset Youth Laboratory Indonesia, Dr. Muhammad Faisal. (Instagram.com/@ketemufaisal)
Potret peneliti perilaku generasi muda Tanah Air di biro riset Youth Laboratory Indonesia, Dr. Muhammad Faisal. (Instagram.com/@ketemufaisal)

JAKARTA INSIDER - FenomenaKabur Aja Dulu’ yang marak di media sosial mencerminkan kegelisahan generasi muda Indonesia terhadap tantangan ekonomi dan sosial di dalam negeri.

Banyak anak muda merasa kurang dihargai dalam dunia kerja domestik dan melihat peluang lebih baik di luar negeri. Namun, apakah ini hanya soal mencari kenyamanan atau ada faktor psikologis yang lebih dalam?

Dalam diskusi bersama Helmy Yahya, peneliti perilaku generasi muda Dr. Muhammad Faisal dari Youth Laboratory Indonesia mengungkap pola pikir di balik tren ini dan memberikan solusi bagi anak muda Indonesia.

Baca Juga: 3 ciri anda sudah dicintai oleh bangsa jin jahat, salah satunya kerap mimpi lawan jenis

1. Gen Z dan Kesalahpahaman tentang Passion

Dr. Faisal menjelaskan bahwa banyak anak muda saat ini hanya ingin bekerja sesuai passion. Namun, ia menyoroti bahwa passion sering kali disalahartikan sebagai kenyamanan semata, bukan sebagai sesuatu yang memerlukan usaha dan ketekunan.

"Pada akhirnya mereka hanya mau bekerja sesuai passion, tetapi ada salah tafsir bahwa passion berarti mencari kenyamanan," ujar Dr. Faisal.

Kesalahpahaman ini dapat membuat generasi muda enggan menghadapi tantangan dan memilih kabur daripada beradaptasi.

Baca Juga: Upacara pemakaman mantan Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah akan digelar hari ini, Ketua Parlemen Iran turut hadir

2. FOBO: Ketakutan Akan Pilihan yang Lebih Baik

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pola pikir Gen Z adalah Fear of Better Option (FOBO).

Fenomena ini membuat banyak anak muda selalu merasa ada pilihan yang lebih baik, sehingga mereka sulit berkomitmen terhadap pekerjaan, hubungan, atau bahkan negara mereka sendiri.

Media sosial memperburuk situasi ini dengan menciptakan komparasi sosial yang berlebihan, membuat banyak anak muda merasa tertinggal atau kurang beruntung dibandingkan orang lain.

Baca Juga: Begini fakta terbaru dugaan pemerasan Nikita Mirzani ke Reza Gladys, dari bukti transfer hingga kerugian Rp4 miliar

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Gitta Wahyu Cahyani

Sumber: Promedia

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X