JAKARTA INSIDER - Pada tahun 1987, seorang tokoh bisnis ulung, Kwik Kian Gie, bersama dengan praktisi-praktisi bisnis berprestasi seperti Kaharudin Ongko dan Djoenaedi Joesoef, mendirikan Institut Bisnis Indonesia (IBI).
Awalnya, IBI hanya menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang manajemen dan akuntansi.
Namun, semangat dan dedikasi membawa perubahan signifikan.
Dalam enam tahun, tepatnya pada tahun 1993, status IBI berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE).
STIE IBII kemudian memperluas jangkauannya dengan menyelenggarakan program studi S2 (program magister) di bidang manajemen keuangan dan manajemen pemasaran.
Baca Juga: Universitas Trisakti: Sejarah, perjuangan, dan dedikasi untuk pendidikan dan kebangsaan
Melalui perjalanan yang dinamis, pada tahun 2004, STIE IBII bahkan melengkapi pelayanannya dengan membuka pendidikan S3 (program doktor) ilmu manajemen.
Tidak berhenti di situ, STIE IBII terus berinovasi.
Pada tahun 2005, melalui perubahan namanya menjadi Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII), institusi ini memperkenalkan program studi baru, termasuk magister akuntansi serta empat program studi baru di tingkat sarjana.
Namun, perubahan paling mencolok terjadi pada tahun 2012.
IBII mengubah namanya menjadi Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, atau yang lebih akrab dikenal sebagai Kwik Kian Gie School of Business.
Transformasi ini mencerminkan komitmen untuk tetap menjadi pusat pendidikan tinggi yang unggul di bidang manajemen, akuntansi, bisnis, komunikasi, sistem informasi, dan informatika.
Baca Juga: Universitas Teknologi Muhammadiyah (UTM) Jakarta siapkan insan islami dengan wawasan digital
Sosok di Balik Kesuksesan: Kwik Kian Gie