JAKARTAINSIDER – Demo unjuk rasa wanita Iran atas kematian Masha Amini yang dianggap tak wajar masih berlangsung.
Iran belum membaik, demo masih berlanjut dan kini diperkirakan telah menewaskan sekitar 92 orang pengunjuk rasa.
Demo protes kematian Masha Amini tak kunjung mereda.
Sekitar 92 orang tewas akibat kekerasan yang dilakukan oleh polisi pengaman demo di Iran.
Angka itu merupakan akumulasi yang dicatat kelompok hak asasi manusia Iran sejak protes besar pecah pertengahan September.
Masha Amini adalah seorang wanita Kurdi yang berusia 22 tahun yang meninggal setelah di tangkap oleh polisi Iran, dan di duga telah di siksa di dalam sel tahanan selama 3 hari.
Ia ditahan oleh polisi Tehran karena diduga tak gunakan Jilbab dengan pantas.
Seperti yang diketahui, Iran memiliki hukum tegas untuk wanitanya yang tak gunakan jilbab dengan baik.
Para aktivis menuduh polisi moral memukuli Mahsa Amini hingga koma dan akhirnya meninggal di rumah sakit pada 16 September. Namun, polisi membantah telah memukuli wanita muda tersebut.
Kelompok hak asasi manusia Iran atau HIR yang berbasis di Oslo mengatakan ada tambahan 41 korban tewas dalam bentrokan hari Jumat di wilayah Iran yang berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan. Data tambahan itu menjadikan total korban tewas menjadi 92 orang.
Protes semakin meluas setelah seorang kepala polisi di dekat perbatasan tersebut dituduh telah memerkosa seorang gadis remaja minoritas Baluchistan.
Demonstrasi memprotes kematian Mahsa Amini, yang kemudian berubah menjadi demo anti-jilbab, telah meluas di lebih dari 150 kota pada Sabtu pekan lalu.
Para demonstran wanita dengan berani membakar jilbab mereka, busana yang wajib mereka kenakan sejak revolusi 1979.
Bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan Iran telah mengguncang kota-kota di seluruh negeri selama 16 malam berturut-turut setelah bentrokan pertama kali berkobar di wilayah barat yang merupakan rumah bagi minoritas Kurdi Iran, tempat asal Mahsa Amini.
Amnesty International yang berbasis di London mengatakan sebelumnya telah mengonfirmasi 53 kematian, setelah kantor berita Fars mengatakan pekan lalu bahwa “sekitar 60” orang telah meninggal.***