politika

BREAKING NEWS! PP Muhammadiyah resmi umumkan Lebaran 2023 jatuh pada 21 April. Potensi beda dengan pemerintah

Senin, 6 Februari 2023 | 14:24 WIB
PP Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro No. 23 Yogyakarta, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi mengumumkan penetapan hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Zilhijjah 1444 H. Lebaran 2023 jatuh pada 21 April, kemungkinan beda dengna pemerintah.

JAKARTA INSIDER – Siang ini, di Kantor PP Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro No. 23 Yogyakarta, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi mengumumkan penetapan hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah 1444 H.

Kepastian tersebut disampaikan secara langsung oleh Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti di acara Konferensi Pers Maklumat PP Muhammadiyah “Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, Zulhijjah 1444 H".

 “Menetapkan 1 Ramadan 144 H pada Kamis, 23 Maret 2023, 1 Syawal 1444 H pada Jumat, 21 April 2023, 1 Zulhijjah 1444 H pada Senin 19 Juni 2023,” kata Muhammad Sayuti, Senin, 06/02/2023, di Yogyakarta, melansir muhammadiyah.or.id.

Baca Juga: Gempa maut Turki tewaskan 100 orang, Eropa heboh peringati akan terjadi Tsunami besar

Selain Muhammad Sayuti, hadir di acara tersebut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid Syamsul Anwar, dan Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Oman Fathurrohman.

Syamsul Anwar mengatakan, penetapan 1 ramadhan memiliki potensi sama dengan pemerintah, tetapi awal Syawal dan Zulhijjah ada potensi berbeda dengan pemerintah.

Hal ini karena Muhammadiyah memakai hisab hakiki wujudl hilal, sementara pemerintah berpedoman pada kriteria MABIMS.

Baca Juga: Mahfud MD dipecat Jokowi dari jabatan Menkopolhukam? Ini fakta sebenarnya

“Potensi perbedaan ada pada awal Syawal dan Zulhijah hal ini karena menurut kriteria MABIMS bulan bisa dilihat pada tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat,” tuturnya.

Jangan jadi sumber perpecahan

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan agar perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1444 H ini tidak dijadikan sebagai sumber perpecahan, karena umat Islam di Indonesia memiliki pengalaman dalam perbedaan.

Haedar mengatakan, perbedaan di tubuh umat Islam bukan suatu yang baru, karena itulah perlu didorong sikap saling menghargai, menghormati dan toleransi atau tasamuh, serta menimbulkan pernghargaan dan kearifan atas perbedaan.

Baca Juga: Geger! Tentara China dikabarkan kepung Indonesia, Menhan Prabowo kecolongan, benarkah?

“Jangan juga dijadikan sumber yang membuat kita Umat Islam dan warga bangsa lalu retak, karena ini menyangkut ijtihad yang menjadi bagian denyut dan perjuangan perjalanan sejarah Umat Islam yang satu sama lain saling paham, menghormati dan saling menghargai,” tutupnya.***

Tags

Terkini