politika

Mengenal sosok Kiai Bisri Syansuri, kakek Gus Dur yang diusulkan Gubernur Jatim jadi Pahlawan Nasional

Selasa, 24 Januari 2023 | 10:21 WIB
Sosok Kiai Bisri Syansuri, kakek Gus Dur yang diusulkan Gubernur Jatim jadi Pahlawan Nasional

Kakek Gus Dur  

Di Makkah, Kiai Bisri menikah dengan adik Kiai Wahab, Nur Khodijah. Pasca menikah, Kiai Bisri kemudian pulang ke Indonesia dan menetap di Tambak Beras, Jombang hingga dikarunia sembilan orang anak, salah satunya Sholihah yang kemudian menikah dengan Kiai Wahid Hasyim, ayah dari Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Kiai Bisri kemudian mendirikan Pesantren Mambaul Ma'arif di Desa Denanyar, Jombang atas restu mertuanya, H Hasbullah dan restu gurunya, Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari. Melalui pesantrennya itu, Kiai Bisri menyebarkan pendidikan agama di Desa Denanyar yang dulunya dinilai desa paling rawan kejahatan di Jombang.

Kiai Bisri bersama Kiai Wahab, kemudian juga mendirikan perkumpulan-perkumpulan yang menjadi basis pergerakan nasional dan sebagai embrio lahirnya NU. Seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916, Taswirul Afkar atau Nahdlatul Fikri (kebangkitan pemikiran) pada tahun 1918, dan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar) atau Taswirul Afkar.

Baca Juga: Gerindra dan PKB resmi membentuk koalisi Kebangkitan Indonesia Raya untuk Pemilu dan Pilpres 2024

Pejuang dan nasionalis sejati

Tak hanya dalam dunia pendidikan Kiai Bisri berdedikasi. Kiai Bisri juga turut aktif dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dia pernah menjadi Kepala Staf Komando untuk menjadi penghubung antara gerakan massa yang dikerahkan oleh Bung Tomo dengan para kiai seluruh Jawa Timur menjelang peristiwa 10 November di Surabaya. Pada tahun 1946, Kiai Bisri juga terlibat dalam lembaga pemerintahan dimulai dengan menjadi anggota dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mewakili unsur Masyumi, tempat NU tergabung secara politis.

Kiai Bisri juga pernah menjadi Wakil Ketua Markas Ulama Jawa Timur (MODT) tahun 1947-1955 dan menjadi Ketua markas Pertempuran Hisbullah Sabilillah (MPHS) pada tahun 1947-1949. Tahun 1955-1959, Kiai Bisri menjadi anggota Dewan Konstituante (1955-1959).

Baca Juga: Empat pembunuh berantai yang hebohkan Asia sebelum Wowon cs

Kiai Bisri juga dianggap banyak tokoh sebagai guru yang sangat berpengaruh, salah satunya oleh cucunya, Gus Dur. Dalam kisah yang diceritakan Gus Dur, Kiai Bisri yang merupakan orang yang teguh memegang fiqih (jurisprudensi Islam), tapi tak mempersoalkan kepemimpinan non-Muslim di desanya.

Gubernur Jawa Timur mengatakan, perjuangan K.H. M. Bisri Syansuri saat menjadi komandan dan membantu mengkomunikasikan gerakan Hizbullah dan Sabilillah bersama para santri saat resolusi jihad merupakan sentral komando pergerakan pasukan luar biasa.

"Selain itu, beliau juga memiliki peran yang luar biasa dalam proses perjuangan bagi bangsa dan negara saat pra dan pascakemerdekaan," kata Khofifah Indar Parawansa.

Baca Juga: 9 Desa di Aceh digeruduk gajah liar ngamuk. Jalur lintasan gajah

Jejak sejarah bangsa

Halaman:

Tags

Terkini