Kedua partai yang sama-sama penyangga koalisi pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin itu tetap memimpin sepanjang 2022.
Pada urutan berikutnya Golkar dan PKB bersaing ketat memperebutkan posisi tiga besar.
PKB mencatatkan elektabilitas 8,0 persen, menggeser Golkar ke peringkat keempat, disusul Demokrat 5,7 persen, PSI 5,5 persen, dan PKS 4,8 persen.
Mengenai koalisi yang sudah terbentuk, Golkar cenderung stabil dan memiliki posisi tawar kuat dalam memimpin pembentukan koalisi.
Hal itu dapat dilihat dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar relatif solid dan tidak mengalami gejolak berarti.
Sebaliknya, Achmad menilai koalisi Gerindra dan PKB belakangan mulai terancam pecah karena PKB juga berambisi agar Muhaimin Iskandar diusung sebagai capres dan membuka kemungkinan bergabung dengan Nasdem.
Baca Juga: Tak disangka, Tiko mendapat ancaman dari pihak keluarga sang ayah karena keberatan dengan hal ini
"Meskipun solid, namun lamanya keputusan Golkar maupun KIB mengumumkan pasangan capres-cawapres berdampak elektoral pada turunnya elektabilitas. Terlebih lagi elektabilitas Airlangga Hartarto masih tergolong rendah," jelasnya.
Saat ini partai politik masih menunggu momentum yang tepat untuk mengumumkan capres dan cawapres yang bakal diusung, terutama menyangkut keputusan PDIP, apakah akan mengusung Ganjar Pranowo atau Puan Maharani.
"Jika PDIP maju sendirian terbuka kemungkinan maksimal ada empat pasangan calon," ujarnya.
Sementara itu, Nasdem yang resmi mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal capres juga belum kunjung mengumumkan atau menggalang koalisi.
Sebelumnya, elektabilitas Nasdem sempat anjlok setelah deklarasi pencapresan Anies. Hingga kini, angka belum beranjak naik, masih 3,3 persen.
Dengan elektabilitas tersebut, Nasdem terancam tidak bisa kembali ke Senayan bersama partai-partai lain, yakni PAN 2,2 persen dan PPP 2,0 persen.