1979, Jenderal Saddam Hussein menjadi diktator Irak. Saddam mencapai posisi ini melalui kepemimpinannya di aparat keamanan dalam negeri.
Saddam, melihat kegagalan partai di Irak pada 1963 dan memutuskan bahwa perbedaan pendapat tidak boleh diizinkan dalam barisan partai, tidak ada oposisi di luar partai yang harus ditoleransi, dan komitmen ideologis terhadap cita-cita partai saja tidak cukup untuk menjamin kesetiaan internal.
Hingga akhirnya Saddam Husein menghilang — dan kemudian mati — dalam menghadapi invasi koalisi pimpinan AS ke Irak pada 2003.
Irak terus mengalami pergolakan, baik politik dalam negeri maupun luar negeri.
Selama bertahun-tahun harus menghadapi invasi AS, belum lagi kelompok ISIS yang merajalela ingin merebut pemerintahan.
Campur tangan dari negara lain juga membuat Irak jauh dari kata damai.
Wabah COVID-19 di negara itu pada Februari juga memperburuk situasi keuangan Irak. Hal tersebut dikarenakan penurunan permintaan minyak menyebabkan jatuhnya harga minyak.
Pada 7 Mei, pemerintahan baru dibentuk oleh Mustafa al-Kadhimi, perdana menteri ketiga yang ditunjuk sejak pengunduran diri Abdul Mahdi.
Kadhimi, yang sebelumnya memimpin badan intelijen negara dari 2016 hingga penunjukannya sebagai perdana menteri, tidak terkait dengan faksi tertentu dan tidak memiliki sejarah politik. ***