JAKARTAINSIDER – Setelah kasus kematian wanita Iran Masha Amini yang di duga telah terbunuh oleh aparat kepolisian, kini wanita Iran tak henti menyuarakan apresiasi mereka.
Hingga aksi ini mulai meraih perhatian dunia terkhusus negara Jerman yang ingin hentikan aksi hingga Amerika yang di tuding turut ikut campur dengan urusan wanita di Iran.
Akibat terus protes, Jerman angkat suara dan menyuarakan bahwa jangan ada aksi yang berlebihan.
Pemerintah Jerman mendesak Iran menghentikan aksi kekerasan terhadap massa pengunjuk rasa yang memprotes kematian Mahsa Amini.
Jerman menyerukan Iran agar berikan ruang untuk para wanita ini dan ucapkan suara damai.
“Kami menyerukan kepada pihak berwenang Iran untuk mengizinkan protes damai dan tidak menyebarkan kekerasan lebih lanjut, khususnya kekerasan yang tidak fatal, terhadap pengunjuk rasa,” kata Kementerian Luar Negeri Jerman di kutip dari laman reuters Selasa 27 September 2022.
Kemenlu Jerman mengungkapkan, terkait desakan dan seruannya, mereka telah memanggil duta besar Iran di Berlin. “Kami juga mengomunikasikannya langsung kepada duta besar Iran di Berlin hari iin,” kata Kemenlu Jerman.
Organisasi Iran Human Rights (IHR) mengungkapkan, tindak kekerasan aparat keamanan Iran dalam merespons gelombang unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini telah menyebabkan sedikitnya 76 orang tewas. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan yang dilaporkan pemerintah Iran.
Mahmood Amiry-Moghaddam sebagai direktur IHR ungkapkan, kematian sudah tercatat di 14 provinsi di Iran. Jumlah korban jiwa tertinggi berada di provinsi Mazandaran, yakni sebanyak 25 orang. Sementara di ibu kota Teheran, tercatat tiga kematian.
Menurut data yang dirilis pemerintah Iran, jumlah korban tewas akibat kerusuhan dalam aksi unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini tercatat sebanyak 41 orang. Jumlah itu termasuk beberapa anggota pasukan keamanan.
Berbeda dengan Iran, Pemerintah Iran mengatakan bahwa ini ulah Amerika.
Iran mengatakan, Amerika Serikat mendukung para perusuh dan berusaha mengacaukan Republik Islam.
“Washington selalu berusaha melemahkan stabilitas dan keamanan Iran meskipun tidak berhasil,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani dalam sebuah pernyataan yang di lansir dari laman Al Arabiya Selasa 27 September 2022.
Aksi-aksi demonstrasi itu dipicu oleh kematian perempuan Kurdi berusia 22 tahun bernama Mahsa Amini setelah dia ditahan oleh polisi susila Iran yang menegakkan aturan ketat tentang cara perempuan berpakaian.
Kasus itu menuai kecaman internasional. Iran mengatakan AS mendukung para perusuh dan mencoba mengacaukan negara itu.